expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 19 Januari 2017

Ke Pondok Pesantren Modern Gontor Darussalam

Pertengahan tahun lalu, adik ketiga saya telah lulus dari SMP dan dia ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Alhamdulilahnya dia ingin melanjutkan sekolah ke pesantren atas inisiatif dia sendiri dan dukungan orang tua kami. Awalnya, saya mencarikan dia informasi pesantren yang berada di dekat rumah, atau sekitaran Cianjur (Sukabumi, Bogor, dan Bandung). Tapi dia tidak mau.
Kebetulannya, ada tetangga yang memiliki sepasang anak kembar yang melanjutkan sekolah ke ponpes Gontor Putra dan sekarang si tetangga itu ingin memasukkan anak ketiganya ke Gontor Putri. Jadi, orang tua kami mendapatkan informasi dari tetangga tersebut.
Singkat cerita, setelah selesai mengikuti UN, adik saya langsung ikut pelatihan yang diadakan oleh alumni Gontor yang berasal dari Cianjur selama kurang lebih 20 hari. Selama pelatihan, dia diharuskan untuk mondok di pesantren yang telah ditentukan. Mungkin agar adik saya sebagai calon santri bisa terlebih dahulu mengetahui bagaimana rasanya hidup di pondok. Setelah dia selesai mengikuti pelatihan, tibalah saatnya untuk mengikuti ujian masuk yang sesungguhnya. Karena adik saya perempuan, jadi dia akan masuk ke Gontor Putri yang pusatnya berada di Mantingan, Ngawi, Jawa Timur.
Dia berangkat kesana bersama dengan rombongan calon santri dari Cianjur lainnya. Jadi, para alumni Gontor itu menyewa bis untuk memberangkatkan calon santri dari Cianjur. Waktu itu dia langsung masuk ke pondok sebagai calon santri dan ujian dilaksanakan di dalam pondok antara waktu yang telah ditentukan. Seingat saya, dia disana (ketika ujian masuk) selama enam atau tujuh hari. Para alumni-lah yang membimbing dan mengawasi dia disana, termasuk memberitahu orang tua kapan pengumuman akan dilaksanakan.
Adik saya yang kedua dan si bungsu yang datang ke sana ketika pengumuman tiba, alhamdulilah adik ketiga saya diterima di Gontor Putri 1, yang artinya dia berada di Mantingan, Ngawi. Adik kedua saya pun langsung membayar biaya administrasi dan lain sebagainya termasuk membawakan sebagian barang-barang adik saya yang akan mondok itu. Informasi tentang pendaftaran dan biaya serta segala macamnya bisa langsung dilihat di websitenya, www.gontor.ac.id.
Setelah pengumuman masuk itu, adik saya sudah resmi menjadi santri Gontor Putri 1. Disana, para santri tidak boleh membawa ponsel, kamera, tv, radio, komputer atau laptop. Ayah dan ibu saya hanya bisa menunggu dia menelpon tanpa bisa menghubungi dia. Tapi kami percaya, insha Allah dia bisa menjaga dirinya sendiri, selain itu Allah juga pasti selalu melindungi dia.
Awal-awal dia masuk, dia selalu menangis setiap kali menelpon ibu dan berkata ingin pulang. Saya rasa dia terkena sick home hehe...
Dua bulan setelah dia di pondok, ayah saya meminta saya untuk mengunjungi dia dan saya menyanggupinya. Saya ingat, setiap kali akan ke rumah mbah saya di Madiun pasti melihat gerbang Gontor Putri 1. Saya pun googling untuk mencari informasi lebih lanjut. Waktu itu saya berangkat hari Rabu sore, sekitar jam 2 dari rumah, naik bis Pahala Kencana (poolnya terletak di jalan R.E Martadinata Bandung). Tapi saya terlambat, alhamdulilahnya pihak pool menelpon saya untuk menanyakan keberadaan saya. Waktu itu, saya sudah daerah Samsat Bandung, Kiaracondong. Akhirnya si pihak pool menyarankan saya menunggu bis di terminal Cicaheum. Saya dan suami pun langsung ke terminal Cicaheum, kami datang sebelum bis datang. Oiya, saya berangkat sendirian waktu itu :D.
Saya tiba di Gontor Putri 1 sekitar jam 3 lebih (dini hari), saya kurang ingat menitnya, hanya saja beberapa menit sebelum adzan subuh berkumandang. Saya bertanya ke satpam, dia menunjukkan sebuah ruangan. Tadinya saya ragu ke ruangan itu, jadi saya putuskan istirahat dulu di aula mesjid. Ada seorang ibu yang duduk disana dan kami ngobrol sedikit. Akhirnya saya paham, tempat itu untuk wali santri yang datangnya berpasangan. Bila wali santri yang datang perempuan, dia bisa menginap di ruangan tertutup sebelah aula tersebut. Bila wali santri yang datang lelaki, dia bisa menginap di ruangan tertutup yang terletak di dalam aula tersebut.
Saya pun langsung masuk ke ruangan yang dimaksud si ibu, di dalamnya ada ibu-ibu yang sedang tidur, saya pun bisa beristirahat sejenak. Di ruangan tersebut ada kamar mandinya jadi kita bisa mandi. Sayang, waktu itu saya tidak membawa baju ganti, hihihi... Selain itu, bila wali santri tidak terlalu penuh, kita bisa menginap di aula tersebut gratis, tapi kalo mau meminjam matras harus bayar sekitar 5ribu permalam. Waktu itu saya ngobrol dengan ibu-ibu, saya bilang saya tidak akan menginap. Seorang ibu yang akan pulang setelah anaknya masuk ke kelas menyuruh saya tidur di matrasnya, dia bilang matras itu sudah dia bayar. Alhamdulilah, saya pun bisa sedikit membaringkan badan disana.
Pendaftaran untuk kunjungan baru dibuka sekitar jam setengah enam pagi. Nanti ada santri-santri kelas atas yang menunggu di loket pendaftaran. Disana kita akan ditanyai nama santri, asrama (ruangan), dan kelas yang akan dikunjungi, tak lupa kita juga mengisi buku daftar tamu dan disitu ditanya hubungan kita dengan si santri.
Akhirnya saya bisa bertemu dengan adik saya tercinta sekitar jam enam kurang (sebelumnya saya nyari makan dulu untuk dia). Ketika bertemu saya, dia langsung menangis, duuuh saya jadi terharu. Kami pun makan bersama dulu karena dia melewatkan jadwal sarapannya untuk bertemu saya. Kami ngobrol hanya sekitar 30 menit, karena dia harus masuk kelas.
Ketika dia istirahat pertama, sekitar jam 10, dia menyempatkan diri menemui saya. Saya menyuruhnya membawa barang-barang yang saya bawakan untuknya. Ternyata, disana tidak boleh membawa barang dalam kardus, harus dalam tas kresek. Untunglah ada semacam kantin di depan aula mesjid, dan saya pun membeli tas kresek disana. Tapi santri yang menjaganya menggratiskan kresek itu untuk saya, alhamdulilah....
Saya pun segera menata barang bawaan saya di tas kresek tersebut.
Saya berada tidak lama disana, dan adik saya juga tidak lama-lama menemui saya karena hari itu jadwalnya padat.Ketika saya pamit pulang, dia menangis lagi dan berpesan agar mengunjunginya pada hari Jumat. Karena Jumat hari libur. Saya pun pulang ke Bandung.

4 komentar:

  1. alhamdulillah semoga adeknya dimudahkan mb. saya pun punya anak di GOntor 1 putra, smg juga betah dan lulus dari sana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin..insha Allah. Semoga berkah dan bermanfaat untuk putranya juga ya kak.

      Hapus
  2. Bagaimana caranya bapak/ibu masukin anak ke gontor putra?
    Persiapan aja sih anak saya masih umur 1tahun setengah hehe

    BalasHapus
  3. Adik saya ikut semacam bimbingan dari para alumni Gontor pak di kota kami. Setahu saya, di tiap kota sudah ada ikatan keluarga alumni Gontor yang mengadakan bimbingan belajar untuk bisa masuk baik ke Gontor putra/putri, bapak tinggal mencari info saja tentang ikatan alumni Gontor di kota bapak.

    BalasHapus