expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 16 Juli 2020

Perjalanan Kehamilan

Saya ingin menceritakan sedikit perjalanan kehamilan saya. Setelah 6,5 tahun menunggu, alhamdulilah saya hamil. Qadarullah, kehamilan pertama saya keguguran, teman-teman sudah membacanya mungkin di postingan tentang keguguran. Alhamdulilah, 2x haid, selepas keguguran, Allah memberikan saya kehamilan yang kedua. 
Ketika bulan Desember, entah bagaimana, saya lebih peka pada tubuh saya. Dimulai dari payudara yang nyeri hingga mual-mual tak jelas saya beranikan diri untuk testpack. Padahal saat itu, haid saya belum terlambat. Masih sekitar seminggu lagi. Alhamdulilah, hasil TP garis dua dengan jelas. Saya tinggalkan TP di kamar mandi, sengaja ingin tahu suami ngeh atau engga hehe. Ketika dia selesai dari kamar mandi, dia tunjukkan TP tersebut dan bertanya, "ini maksudnya apa?" Saya berikan pembungkusnya, dan disitu tertulis garis 2 = positif hamil. Dia seakan tidak percaya dan mengajak untuk periksa ke bidan atau dokter kandungan. Tapi saya memintanya untuk menunggu, karena belum lewat jadwal haid. Kami pun menunggu dengan penuh ketidaksabaran, setidaknya 2-3 minggu setelah TP pertama. Tak lupa saya ambil foto hasil TP tersebut. 
Ketika 2 minggu sudah lewat waktu haid, saya kembali TP, hasilnya alhamdulilah masih garis 2. Akhirnya kami pun periksa ke dokter kandungan.
Di dokter, saya minta USG, alhamdulilah sudah terlihat kantung janin. Dokter menyarankan untuk datang lagi 4-5 minggu ke depan. Berharap janinnya sudah bisa terlihat. Selain itu, karena saya punya riwayat keguguran, dokter menyarankan untuk tidak terlalu capek. Begitu ada flek, saya diminta untuk langsung rebahan dan bedrest karena khawatir terulang lagi. Oiya, ketika periksa, usia kandungan saya sudah berjalan 6 minggu.
Waktu berjalan terasa sangat lambat bagi kami yang sedang menunggu 4-5 minggu berlalu hehe. Suami mulai menunjukkan taringnya, hehe, dia melarang saya jalan kaki pulang pergi ke sekolah. Sebagai gantinya, dia meminta adiknya mengantar jemput saya setiap hari. Selain itu, dia langsung membelikan susu kehamilan dan tak segan membuatkannya bila saya malas hihihi... Alhamdulilah, dia perhatian.
Trisemester pertama berjalan seperti biasa, mual-mual sudah jadi kebiasaan baru. Alhamdulilah, mual-mualnya terjadi di sore atau malam hari. Alhamdulilah lagi, tidak ada drama malas makan ataupun sebal menghirup aroma-aroma tertentu, dan juga drama ngidam yang aneh-aneh hehe. Tapi saya merasa cepat lelah.
Setelah 4-5 minggu, kami kembali periksa ke dokter. Setelah di USG, alhamdulilah janinnya sudah terlihat. Ya Allah, betapa bahagianya saya, ada sebuah kehidupan baru dalam rahim saya😭😭 sesuatu yang sudah saya impikan dan masih terasa seperti mimpi. Alhamdulilah....
Trisemester kedua merupakan waktu yang nyaman buat saya. Tidak lagi mual-mual dan flek. Ya, di trisemester pertama saya beberapa kali mengalami flek, dan seperti kata dokter, begitu flek muncul saya langsung rebahan dan izin tidak masuk sekolah.
Ketika trisemester 2, bulan kelima, pandemi covid mulai terjadi. Sekolah-sekolah terpaksa melakukan kegiatan pembelajaran jarak jauh. Itu masih berlangsung hingga saat ini, bulan Juli 2020. 
Memasuki usia kandungan 6 bulan, nafas saya mulai terasa sesak dan pendek-pendek, dan juga batuk. Saya ke dokter dan diberi obat, tapi masih berlanjut hingga usia kandungan 7 bulan. 
Memasuki usia kandungan 8 bulan, nafas saya sudah kembali normal. Ternyata, mungkin sesaknya karena posisi kepala janin yang menekan diafragma dan setelah posisi kepala janin sudah dibawah, saya bisa bernafas lebih normal, alhamdulilah. Tapi, timbul hal lain, tepat di usia kandungan 32 minggu (8bulan) daerah lipatan paha kanan saya nyeri. Rasanya seperti orang yang patah tulang atau keseleo gitu. Di hari-hari pertama, saya bahkan harus rambatan kalau mau ke kamar mandi dan otomatis tidak keluar rumah sama sekali. Sampai sekarang, usia kandungan 35w 5d, nyeri tersebut masih saya rasakan. Saya hanya berharap, mudah2an segera sembuh, saya bisa berjalan normal lagi dan nyeri ini menjadi penggugur dosa-dosa saya, aamiin.
Demikian cerita saya hingga menjelang 9 bulan kehamilan, mudah-mudahan ada hikmah yang bisa teman-teman ambil atau pelajari.
Bagi para pasangan yang masih menunggu garis dua, semoga Allah lekas memberikannya. Jangan putus asa dan tetap semangat, Allah tahu yang terbaik buat kita semua.

Rabu, 01 Juli 2020

Keguguran

Hallo... Saya mau cerita tentang pengalaman keguguran yang saya alami tahun lalu. 
Bulan Juli - Agustus - September 2019 buat saya dan suami merupakan bulan-bulan penuh kegiatan. Kami sempat LDM waktu itu selama kurang lebih 7 minggu hehe...
Saya betul betul tidak menyadari bahwa Allah memberikan sebuah kehidupan di rahim saya. 
Akhir Juli sekolah kembali beraktivitas untuk awal ajaran baru (2019/2020), dan jadwal saya saat itu benar-benar padat. Sekolah menjadi 2 shift, karena kekurangan ruang kelas, sehingga kelas 7-8 masuk pagi dan kelas 9 masuk siang. Qadarullah, saya memegang kelas 8 dan 9, ditambah SMK kelas 10-11.  Sehingga dari 6 hari kerja, hanya sehari saya pulang cepat, sekitar jam 3 😂😂 sisanya, saya di sekolah dari jam ½8 hingga jam 5 sore. 
Selama itu pula, setiap hari saya merasa lelah, saya pikir itu karena jadwal saya yang padat ditambah saya pulang pergi jalan kaki. Hingga di pertengahan Agustus, seorang rekan guru mengalami keguguran karena tidak tahu sedang hamil. Tiba-tiba, saya pun ingat sepertinya sudah agak lama saya tidak haid. 
Saya ingat terakhir haid itu akhir bulan syawal, berarti sudah sekitar 2 bulan saya belum haid. Saya pikir itu tidak masalah, karena saya pun sempat beberapa kali telat. 
Kemudian di minggu ketiga Agustus, sekolah tempat tugas suami mengadakan acara di Pangandaran, saya juga ikut. Minggu keempatnya (hari Sabtu), saya mengikuti wisuda ppg di UPI. Sebenarnya tidak lama, hanya sampai dhuhur, tapi saya dan suami lanjut berbelanja ke Pasar Baru.
Ketika hari Senin (tanggal 1 September) saya mendapati flek di celana dalam, saya pikir saya akan haid. Sehingga, saya pun tidak sholat dimulai hari itu. Tapi anehnya, flek tersebut tidak diikuti darah seperti biasanya. Hanya hari itu saja, tapi saya tetap positif thinking, belum. Kemudian, hari Selasa, di kelas terakhir (saya ingat sekali) kelas 11- PS1 menjelang pulang, saya merasa perut saya sangat sakit hingga saya yang sedang menjelaskan sambil berdiri langsung bersandar ke meja. Saya pikir, haid saya sudah keluar. Setelah kelas bubar, saya sempatkan ke kamar mandi, anehnya tidak ada darah haid. Saya tidak bercerita apapun ke suami.
Kemudian, jam ½12 malam itu, saya terbangun karena merasakan sakit yang luar biasa di perut saya. Seperti ingin bab, lagi-lagi saya pikir karena saya mungkin salah makan. Saya pun ke kamar mandi tapi tidak keluar apapun. Kemudian saya kembali ke kamar, tapi saya masih merasakan sakit. Untuk yang kedua kali, saya kembali ke kamar mandi dan saya terkejut karena tiba-tiba darah bergumpal-gumpal keluar. Saya masih berpikir itu darah haid. Setelah membersihkan diri, saya kembali ke kamar. 
Beberapa menit saya rebahan, kembali rasa sakit datang, malah lebih sakit. Saya sampai tidak bisa berdiri tegak dan rambatan ke tembok untuk ke kamar mandi. Kemudian, keluar lagi gumpalan darah dan sesudahnya, ada sebuah gumpalan berwarna putih. Setelah gumpalan putih itu keluar, saya seperti merasakan sebuah kelegaan luar biasa. 
Melihat itu, saya sudah berpikir jangan-jangan saya keguguran. Karena saya ingat obrolan dengan sesama guru, bahwa rasanya keguguran dan melahirkan itu seperti ingin bab plus pipis.
Saya lalu memanggil-manggil suami. Suami yang setengah terkantuk-kantuk datang menghampiri, dan saya tunjukkan gumpalan putih tersebut. Dia hanya terkejut. Kemudian saya pun menelpon adik saya, istrinya seorang bidan, berharap mereka belum tidur. Setelah menelpon dan menunjukkan foto (dari gumpalan darah hingga gumpalan putih), adik ipar saya berasumsi bahwa saya memang keguguran. Dia menyarankan saya tespek pagi-pagi lalu setelah itu USG. Mendengar itu, saya benar-benar lemas. Antara sedih, bingung, dan bahagia.
Pagi-pagi, suami lalu membeli tespek, setelah dapat saya pun langsung memakainya sambil mandi. Saat itu, saya masih bersiap-siap ke sekolah. Karena setelah mules itu selesai, tidak ada rasa sakit atau lemas, yah kadang-kadang memang terasa nyut-nyutan di perut tapi sakitnya hilang datang.
Selesai mandi, hasil TP masih 1 garis. Saya tunjukkan ke suami, saya simpan diatas meja lalu saya dandan. Tak lama suami berkata, "ini muncul garis satu lagi, kenapa?" Saya kaget lalu mengeceknya, dan beneran, ada 2 garis merah yang artinya saya memang positif hamil. Lemaslah saya, ternyata beneran keguguran. Akhirnya saya tidak jadi ke sekolah, suami juga izin datang terlambat. Kami pergi ke bidan dulu. Qadarullah, bidannya sedang dinas. Akhirnya, kami kembali pulang. Suami meminta saya beristirahat sedangkan dia ke sekolah.
Sorenya, kami datang ke sebuah klinik bidan yang juga ada USG. Setelah saya ceritakan sambil menunjukkan foto, bidan dan dokter berasumsi hal yang sama dengan adik ipar saya. Kemudian dokter melakukan USG, dan yah benar. Sempat ada kantung janin di dalam rahim saya dan terlihat masih ada jaringan yang belum keluar. Dokter memberi pilihan pada saya untuk kuret. Tapi dia juga memberikan waktu seminggu untuk menunggu jaringan tersebut keluar dengan sendrinya. Bila jaringan tersebut tidak juga keluar setelah seminggu, mau tidak mau saya harus dikuret. Saya dan suami mengambil waktu yang diberikan oleh dokter. 
Sepulang dari dokter, saya minum air rempah-rempah (jahe, kunyit,madu+lemon). Kemudian saya minum juga di Kamis pagi sambil minta suami membeli air kelapa muda. Qadarullah, Kamis malam, jaringan tersebut keluar dengan sendirinya. Hari Jumat dokter di klinik tersebut tidak buka praktek, akhirnya saya pergi ke dokter Pung di Banjaran. Setelah di USG, alhamdulilah rahim saya sudah bersih. Tapi dia tetap memberikan obat. Obat yang sangat keras, karena perut saya seperti diremas-remas setelah meminumnya.
Jadi, begitulah pengalaman keguguran saya. Alhamdulilah, setelah 2x haid, Allah memberikan kehamilan lagi. Alhamdulilah...