expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 10 Desember 2018

Membuat Bumbu Dasar

Haaaaiii.... tetiba hari ini saya ingin membuat bumbu dasar untuk stok bumbu di rumah. Mungkin karena saya merasa bosan dengan masakan yang ala kadarnya, hihihi...
Maksud saya, biasanya kalau masak saya pakai bumbu sederhana bin simple, yakni irisan bawang merah, putih dan tomat. Ndak pakai kemiri, ketumbar, cabai merah, kunyit, jahe dan lengkuas, apalagi serai dan salam, hihihi... 
Jadi, saya pun mencari kembali rumus resep bumbu dasar putih dan merah. Saya rasa saya hanya akan paling sering menggunakan kedua bumbu tersebut hehehe...
So, saya pakai resep bumbu ini. 
                                                               Resep Bumbu Dasar Putih
  1. 18 siung bawang merah
  2. 9 siung bawang putih
  3. 8 buah kemiri
  4. Minyak secukupnya (untuk menggoreng dan campuran ketika akan dilumatkan)
Langkah - langkah
1. Kupas bawang merah dan bawang putih lalu potong jadi dua.
2. Masukkan kemiri, bawang merah, dan bawang putih ke dalam blender.
3. Tambahkan minyak secukupnya. Lalu nyalakan blender dan tunggu hingga halus.
4. Panaskan wajan dengan sedikit minyak.
5. Masukkan bumbu yang sudah di blender ke dalam wajan dan tumis hingga wangi dan berubah warna.
6. Tunggu hingga dingin lalu masukkan ke dalam wadah.
7. Bumbu dasar putih siap digunakan. Simpan  di dalam kulkas.

                                                            Resep Bumbu Dasar Merah
  1. 14 siung bawang merah
  2. 7 siung bawang putih
  3. 10-15 cabai merah (saya lupa ndak dihitung ;D)
  4. 4 buah cengek
  5. 8 buah kemiri
  6. Minyak secukupnya (untuk menggoreng dan campuran ketika akan dilumatkan)
Langkah - langkah
  • Cuci bersih cabai merah dan cengek.
  •  Kupas bawang merah dan bawang putih.
  • Masukkan cabai, cengek, bawang merah, bawang putih, dan kemiri ke dalam blender.
  • Tambahkan minyak secukupnya. Lalu nyalakan blender dan tunggu hingga halus.
  • Panaskan wajan dengan sedikit minyak.
  • Masukkan bumbu yang sudah di blender ke dalam wajan dan tumis hingga wangi dan berubah warna.
  • Tunggu hingga dingin lalu masukkan ke dalam wadah. Simpan  di dalam kulkas.
  • Bumbu dasar merah siap digunakan. 
Ini penampakan bumbu yang sudah saya buat dengan takaran yang sudah saya sebutkan di atas
Lumayan banyak kan ya, hehe... Oiya, resep bumbu dasar putih dan merah ini didapatkan dari koki terkenal dan legendaris, Rudi Khoerudin. Menurutnya, bila dimasukkan ke dalam kulkas, bumbu ini akan tahan selama 2-3 bulan. 
Selamat mencoba :D

Kamis, 06 Desember 2018

Membuat Kikil (kulit sapi) Empuk

     Halo... Saya suka makan kikil (kulit sapi), sayangnya kalau beli masakan matang, kikilnya kadang empuk dan kadang masih alot. Alhamdulilah kalau pas dapat yang empuk sih, kalau pas dapat yang alot, hmmm... capek nguyah cyiiiin hehe...
    Awal - awal, saya sendiri juga tidak bisa memasak kikil dengan empuk. Karenanya saya pun rajin browsing di google untuk mendapatkan tipsnya. Nah, ketika saya mendapatkan tipsnya, saya praktekkan deh. Sekarang, suami lebih suka masakan kikil yang saya masak sendiri daripada beli, hihihi....
    Begini tips yang saya dapatkan, setelah kikil dipotong kecil-kecil atau sesuai keinginan, lalu dicuci bersih. Setelah itu, rebus kikil hingga mendidih, tunggu hingga 5-10 menit. Kemudian matikan apinya, buang air rebusan tersebut dan ganti dengan air baru. Setelah mendidih, matikan api, buang air rebusan dan ganti dengan air baru. Sekali lagi, rebus kikil hingga mendidih, setelah mendidih lalu matikan api dan buang airnya. Kemudian kikil siap untuk dimasak sesuai keinginan. Kesukaan suami adalah kikil bumbu kecap.
    Setelah 3 kali merebus dengan air yang selalu baru, hasilnya adalah kikilnya empuk dan tidak lengket hehe... Ribet sih memang, tapi demi kikil yang empuk dan tidak lengket, saya rela banget :D
     Demikian tips dari saya, semoga bermanfaat :D

Senin, 03 Desember 2018

Menyimpan Sayuran

     Di awal-awal pernikahan, saya bingung ketika akan memasak, hihihi... Karena mang sayurnya ketika sampai di rumah kami hanya tinggal beberapa macam saja, sayur mentah sendiri kadang ada kadang tidak. Di sekitar rumah saya pun jarang tukang warung sayuran mentah, kalaupun ada, belanjanya minimal dua hari sekali, hiks. Alhamdulilahnya, ada bibi penjual sayur matang yang suka datang ke sekolah, saya pun terselamatkan olehnya :D.
     Nah, awal semester ajaran ini, ada warung sayuran mentah yang baru buka. Qadarullah, si bibi yang tukang sayuran matang pun awal semester jarang datang ke sekolah karena sudah habis pagi-pagi katanya. Saya pun akhirnya berbelanja sayuran mentah di warung tersebut sekalian saya jalan ke sekolah (saya ke sekolah jalan kaki, hehe). 
     Awalnya bingung sih, karena kalau belanja sayuran tiap hari repot sedangkan kalau belanja banyak takut layu dan busuk. Saya lalu browsing di internet mengenai hal ini, qadarullah ternyata sedang ada tren kekinian tentang menyimpan sayuran di kulkas. Istilah kerennya adalah food preparation. 
     Jadi, (menurut saya ya) sayuran itu bisa bertahan agak lama di kulkas dengan penyimpanan yang benar. Saya pun lalu mencobanya. Ketika membeli sayuran, di rumah, saya pisahkan jenis-jenisnya dalam wadah yang berbeda. 
     Biasanya sekali belanja saya akan membeli seperti sayur bayam, kangkung, tauge, sosin, kubis, sawi putih, jamur, wortel, tahu, dan daging ayam. Setelah saya pulang ke rumah, untuk sayuran saya buka dulu plastiknya dan saya jeberkan beberapa jam biar kering (kalau di plastik biasanya ada embun, itu artinya ada sedikit air). Tahu langsung saya masukkan ke mangkuk dan masuk kulkas, Jamur putih pun langsung masuk kulkas. Daging ayam saya cuci bersih lalu saya rebus (biasanya saya tambahkan sedikit garam), setelah dingin, lalu masuk kulkas juga.
     Untuk bayam, sosin dan kangkung, saya petik dulu lalu saya masukkan ke toples terpisah (tutup rapat) baru saya masukkan ke kulkas. Tauge dan wortel setelah kering lalu saya masukkan ke toples terpisah (tutup rapat) dan masuk kulkas. Sosin, sawi putih dan kubis bisa dimasukkan ke plastik hitam baru masuk kulkas, biasanya mereka saya masukkan di tempat yang paling bawah. 
     Intinya, semua sayuran tersebut dimasukkan ke dalam toples lalu tutup dengan rapat. Kalau untuk beberapa kali masak, saya sarankan, bagi sayuran ke dalam beberapa toples kecil agar tidak keluar masuk kulkas.
      Seharusnya sebelum dimasukkan, dasar toples diberi alas berupa tissu. Tapi saya juga tidak ingin menggunakan tissu. Ingin benar-benar ramah lingkungan ceritanya hehe...
     Alhamdulilah, dengan cara seperti ini (walau tanpa diberi alas tissu), sayuran tersebut bisa tahan 3 - 5 hari di dalam kulkas tanpa layu apalagi membusuk. Tapi jarang sih saya membiarkan sayuran mentah lebih dari 5 hari hehe... Biasanya 2 - 3 hari pun sudah habis saya masak. Paling yang agak awet itu daging ayam, hehe.... Tomat dan cengek pun dengan cara yang sama alhamdulilah tahan kurang lebih 14 hari di dalam kulkas, masih segar dan tidak layu.
    Demikian tips dari saya untuk menyimpan sayuran mentah di kulkas, semoga bermanfaat :D

Keripik Bayam

     Bermula saat pekan lalu pulang ke Cianjur, saya ingin membeli keripik bayam di toko oleh-oleh langganan ternyata sedang tidak ada. Kecewa deeh... 
    Ya sudah, akhirnya saya kembali ke Bandung tanpa membawa keripik bayam. Nah, kemarin (Ahad) saya mengajak suami ke pasar minggu yang ada di daerah Cikalong, Pangalengan. Rencana awalnya sih hanya untuk cuci mata sekalian olahraga, haha... 
    Kami datang agak pagi sehingga para pedagang sayuran masih agak banyak. Qadarullah, saya lewat depan pedagang sayuran yang menjual bayam. Saya pun langsung membelinya, seikat aja dengan temannya haha...
    Kemudian, ketika akan memasak bayam, saya perhatikan ternyata daun bayamnya itu ada yang besar-besar. Iseng-iseng, saya pun mencoba membuat keripik bayam. Karena tepung terigunya hanya tinggal sedikit, saya pun membuat tidak banyak.
                                                                Resep Keripik Bayam
Bahan:
  • Beberapa buah daun bayam
  • Tepung terigu
  • Garam secukupnya
  • Penyedap rasa secukupnya
  • Air (untuk mengencerkan tepung) secukupnya
Langkah-langkah
  • Cuci bersih daun bayam yang sudah dipetik (usahakan tangkainya ada sedikit)
  • Masukkan tepung terigu, garam dan penyedap rasa ke mangkuk.
  • Tambahkan air dan aduk rata. Jangan terlalu kental dan terlalu encer.
  • Panaskan wajan berisi minyak agak banyak.
  • Celupkan daun bayam ke adonan tepung satu persatu, lalu masukkan ke wajan yang sudah panas. 
  • Tunggu hingga matang, lalu tiriskan. 
  • Lakukan hingga tepung habis.  
  • Keripik bayam siap disajikan.
    Nah, begitulah cara saya membuat keripik bayam. Kalau saya gugling di google sebenarnya seharusnya di tambahkan tepung beras juga, lalu bumbunya bumbu halus yang terdiri dari ketumbar dan bawang putih. Tapi saya lewatkan itu semua, karena saya sudah terlanjur menyalakan kompor, hihihi....
     Walaupun sederhana, tapi cukup enak kok. Kita hanya harus sabar karena daunnya kita celupkan ke tepung satu persatu, dan bila menggunakan wajan yang ukuran sedang paling hanya bisa menggoreng 4 - 5 daun saja.  
      Semoga bermanfaat dan selamat mencoba :D

Sabtu, 01 Desember 2018

PPG

Apa sih itu PPG?
     Mungkin beberapa teman masih bertanya-tanya dengan apa itu PPG. PPG merupakan kepanjangan dari Pendidikan Profesi Guru. Dulu, namanya PLPG, dengan program pendidikan selama 10 hari. Tahun ini, PLPG ditiadakan dan diganti dengan PPG. 
     Program pendidikannya lumayan kompleks, untuk saya yang tahap 1, berlangsung selama kurang lebih 6 bulan. Tetapi, saya dengar teman-teman dari tahap 2 kurang dari 6 bulan, begitu pula dengan teman-teman dari tahap 3. Mudah-mudahan ke depannya, prosesnya semakin singkat. Karena, menurut pendapat pribadi saya, waktu selama 6 bulan itu bukanlah waktu yang singkat. Ada keluarga dan siswa yang saya tinggalkan. Coba bayangkan bila dalam satu sekolah, tiga orang saja gurunya ikut PPGDJ, waaah, kasian siswa ketinggalan pelajarannya banyak. Tapi ini sih hanya imajinasi saya (yang mungkin keterlaluan), hehe...

PPG ada dua macam, PPG dalam jabatan dan pra jabatan.
1. PPG Dalam Jabatan (PPGDJ) => diikuti oleh guru yang sudah mengabdi selama minimal 2 tahun di sekolah. Untuk mengikuti PPGDJ, guru akan diundang untuk mengikuti pretest. Bila sudah lulus, maka tinggal mengikuti langkah selanjutnya. Bila belum lulus, akan tetap dipanggil untuk mengikuti pretest. Saya belum tahu apakah ada batas maksimalnya untuk pretest, semoga saja tidak.

2. PPG pra jabatan => diikuti oleh umum, maksudnya orang yang belum mengajar juga bisa mengikuti program ini. Syaratnya sendiri antara lain belum nikah dan belum bekerja. Setahu saya, PPG pra jabatan ini prosesnya selama satu tahun, terdiri dari 6 bulan perkuliahan dan 6 bulan PPL.

     Pra jabatan tentunya lebih sulit dan lebih lama dari dalam jabatan, karena yang mengikuti pra jabatan bukan guru yang mengajar (walau sebenarnya bisa juga guru mengikuti program ini). 
Setelah mengikuti uji pengetahuan dan uji kinerja, para peserta PPG akan dinyatakan kompeten. Untuk peserta yang dinyatakan kompeten akan mendapatkan sertifikat pendidik yang nantinya juga akan memperoleh tunjangan (dikenal dengan istilah sertifikasi :D)
     Sedangkan peserta yang belum dinyatakan kompeten, mereka akan mengulang lagi ujiannya saja. Misal belum lulus karena tidak lulus uji pengetahuan maka dia akan mengulang uji pengetahuannya saja. Begitu juga dengan peserta yang tidak lulus di uji kinerja, dia akan mengulang uji kinerjanya saja. Begitulah sekilas tentang PPG, semoga memberikan pencerahan :D

Perjalanan PPG Daljab Tahap 1 2018

     Kali ini saya ingin menceritakan sedikit tentang perjalanan (ceilah) yang saya tempuh. Tahun 2017, saya dan kelima orang rekan guru mengikuti pretest. Dari ke-6 orang itu, alhamdulilah saya lulus. Kemudian, menunggu sekitar sebulan, pada awal Desember, Operator (Op) sekolah memberitahu saya untuk mempersiapkan ijazah dan lain sebagainya, pemberkasan dia bilang. Saya pun lalu menyiapkan berkas yang dia minta, antara lain ijazah S-1, transkip nilai, surat keterangan bebas NAPZA dari RSUD, surat keterangan sehat dari puskesmas, SKCK dari polsek, SK GTT/GTY, Surat mengajar selama 2 tahun, dan jadwal mengajar saya. Kemudian saya serahkan ke dinas pendidikan kab. Bandung. Setelah pemberkasan itu, saya diminta untuk memantau situs sergur. Oiya, saat menyerahkan berkas ke dinas, saya bertemu dan berkenalan dengan seorang guru dari Ciwidey. 
     Saat memantau situs tersebut, saya jadi mengetahui bahwa berkas saya telah disetujui oleh dinas dan diverifikasi oleh LPMP. Kemudian, masih di situs sergur, saya mengetahui bahwa saya lulus dan berhak mengikuti PPG dalam jabatan. Kemudian saya mengisi surat pernyataan untuk mengikuti PPG dan diharuskan untuk mencetak AP 1.  Setelah mengisi surat tersebut, saya tahu bahwa saya termasuk ke dalam peserta PPG dalam jabatan tahap 1 tahun 2018. Seorang rekan dari sekolah lain yang ikut pretes sama dengan saya ternyata dia menjadi peserta PPG daljab tahap 2. Butuh waktu kurang lebih 2 minggu hingga di sergur diumumkan bahwa saya akan mengikuti PPG di UPI. Dari sergur itu disertakan link untuk masuk ke website UPI. 
     Dari situ, kemudian saya terus memantau web UPI. Seingat saya, itu bulan Juni dan belum ada pengumuman apapun. Saya merayakan hari raya Idul Fitri dengan penuh kekhawatiran. Kurang lebih sepuluh hari setelah lebaran, web UPI sudah bisa diakses, lengkap dengan tugas-tugasnya. Dalam tugas daring tersebut, saya juga dikejar dateline. 1-2 modul harus diselesaikan dalam waktu 1 minggu. Pada sesi pedagogik, ada sekitar 4 modul dengan tiap modul ada beberapa tugas. Mantap banget itu. Pada sesi profesional ada sekitar 8 modul dengan tiap modul terdiri dari beberapa sub dengan beberapa tugas. Setiap hari saya duduk depan laptop mengerjakan tugas, alhamdulilahnya waktu itu libur sekolah. Tekanan semakin meningkat saat akan masuk sekolah kemudian tugas di modul akhir ternyata diharuskan membuat video mengajar. Singkat cerita, masa daring pun sudah saya lalui. Daring yang seharusnya 3 bulan, dilaksanakan hanya dalam waktu 1,5 bulan. Kemudian saya menunggu lagi, alhamdulilah saya lulus sesi daring dan berhak mengikuti workshop. 
     Pada hari Jumat, saya diantar suami ke UPI untuk melakukan daftar ulang. Saat itu, pertama kali saya bertemu dengan rekan-rekan yang selama ini menemani dan sharing via whatsapp. Ternyata, saya sekelas dengan wanita yang saya temui di dinas saat menyerahkan berkas :D bahkan dia pun menjadi teman sekamar saya selama workshop di UPI. Kami, peserta PPG dalam jabatan (PPGDJ) tahap 1 mencari tempat kosan sendiri, biaya hidup dan transportasi selama workshop kami tanggung sendiri. Hari-hari pertama di minggu awal terasa berat untuk saya. Tapi alhamdulilah, saya mempunyai suami dan teman sekamar yang super dan saling menyemangati, juga teman-teman sekelas yang super.
     Kami belajar dari dosen-dosen yang luar biasa, yang memberikan motivasi untuk menjadi guru yang profesional. Kami belajar dari Senin hingga Jumat, dari pukul tujuh hingga pukul lima bahkan tak jarang kami baru selesai jam enam sore. Sungguh, sebuah perjuangan buat saya. Hingga lima pekan pun berlalu tanpa terasa, di akhir pekan kelima saya akan mengikuti Uji Pengetahuan (UP). Sepekan sebelumnya, kami mengikuti try-out UP dulu :D
     Setelah UP, saya belum bisa bernafas lega karena kami harus mengikuti alur berikutnya, yaitu PPL. Waktu itu, saya masih bisa mengadakan PPL di daerah asal selama guru yang mengikuti PPL di daerah tersebut ada 4 orang. Saya dan teman-teman sekelas pun berpisah di sini dan kembali ke daerah asal. Saya dan tiga orang teman yang sama-sama berasal dari kab. Bandung pun PPL di sekolah yang sama di Banjaran. Alhamdulilah, guru pamong kami sangat baik dan pengertian, saya pun mendapatkan siswa dari kelas yang soleh-solehah. Kami menjalani PPL selama lima minggu, awalnya kami harus menjalani selama tiga minggu, tapi ternyata ada perubahan sehingga menjadi lima minggu. Di pekan kelima, kami sudah tidak mengajar, kami menunggu jadwal Uji Kinerja (UKin). Untuk UKin, kami akan dinilai oleh seorang guru penguji dari sekolah PPL dan dosen penguji dari LPTK. Alhamdulilah kami berhasil melaluinya. 
     Awal November kami melakukan UKin, dan alhamdulilah di minggu ketiga sudah ada pengumuman kelulusan PPGDJ tahap 1. Qadarullah, dari sekitar 30 orang teman sekelas, ada beberapa orang yang dinyatakan belum lulus dan harus mengulang. Sedih sih rasanya, karena kami melewatinya bersama, alhamdulilah saya lulus :D

Ringkasnya, alur untuk saya PPGDJ tahap 1 adalah
DARING (3 bulan) - WORKSHOP (5 pekan) - UP (1 hari) - PPL (5 pekan) - UKin (1 hari)

     Total waktu yang saya habiskan adalah kurang lebih 6 bulan. Aaaah, saya terharu. Saya sangat berterima kasih pada suami yang sangat rela berkorban (dan dia insha Allah akan menjadi pejuang PPGDJ tahun 2019), keluarga, rekan-rekan mengajar di sekolah, teman-teman PPGDJ 157-A 1st Batch, guru pamong saya, guru penguji saya serta para guru dan siswa di sekolah PPL. Semuanya karena Allah, mereka semua mau membantu saya, alhamdulilah... Semoga Allah membalas kebaikan mereka semua, aamiin... 
    Untuk rekan-rekan yang akan menjadi pejuang PPGDJ, tetap semangat. Jalani saja prosesnya, insha Allah semoga Allah memudahkan aamiin...

Rabu, 24 Oktober 2018

Review Produk yang mengandung Aloe Vera

Haaai semua....
    Sekarang saya ingin menulis tentang pendapat saya mengenai produk yang mengandung lidah buaya. Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis, tetapi karena jadwal yang agak padat saya pun lupa hehe...
    Saya pernah menggunakan Wardah Aloe Vera. Saya gunakan hanya untuk wajah saja. Menurut saya, wanginya lembut dan cepat kering. Memang agak lengket beberapa saat setelah diaplikasikan but it's alright. Saya menggunakan produk ini sebagai base make up sebelum saya menggunakan pelembab. Hihihi... saya hanya menggunakan base, pelembab, bedak dan lipstik saja bila akan mengajar. Tidak pakai blush on, maskara, apalagi pensil alis, haha... 
    Setelah wardah aloe vera tersebut habis, tadinya saya mau membeli lagi, tapi setelah membaca beberapa artikel yang menyebutkan bahwa produk tersebut sekarang hanya boleh digunakan di tubuh (bukan wajah) saja, saya pun jadi bimbang. 
    Saya pun agak tertarik dengan produk yang sedang kekinian, yaitu Nature Republik Aloe Vera. Tapi saya masih ragu-ragu karena banyaknya produk sama dengan harga yang berbeda. Pertimbangan saya, ini kan produk untuk wajah, jadi saya tidak boleh salah pilih. 
     Saya ingat seorang teman yang pernah mengiklankan produk ini, lalu saya menghubungi dia. Akhirnya saya beli di online shopnya, insha Allah asli, produk Korea dengan harga 150 ribu rupiah. 
    Setelah barangnya datang, ternyata memang produknya besar yah. Walaupun isinya tertera 300 gr. FYI, wardah aloe vera yang 100 ml saja saya habiskan dalam waktu kurang lebih 2 bulan, apalagi ini yang 300 gr :)) 
    Baiklah, menurut saya, saya lebih suka dengan nature republik. Karena
  1. Teksturnya lebih creamy.
  2. Tidak lengket dan dingin di wajah (walaupun mungkin hal ini  disebabkan kandungan alkoholnya)
  3. Isi lebih banyak (emak - emak ga mau rugi, hehe... ) 
    Karena bentuknya yang tidak friendly untuk dibawa kemana-mana, saya masukkan ke jar bekas pelembab (yang sudah saya cuci), sehingga lebih praktis hehe...
    Demikian review dari saya, Jangan tergiur harga murah dan isi besar, pilih produk yang sesuai dengan kondisi wajah dan kulit teman-teman yaa...

Review Masker Bali Alus

Assalamualaikum...
     Sudah lama juga saya tidak menulis di blog, hehe... Kali ini saya mau menulis tentang pendapat saya setelah mencoba menggunakan masker Bali Alus. 
     Beberapa waktu lalu stok masker (ceileh...) saya habis, jadi saya pun lama tidak maskeran. Saat sedang berjalan-jalan di Ig, saya tertarik dengan produk Bali Alus. Kebetulan penjualnya juga menjual lulur Bali Ratih dan lulur saya juga sudah lama habis.
    Karena si penjual tidak mencantumkan harga dan juga stok (saya harus mengirim pesan WA untuk menanyakan stok dan harga), kemudian saya pun jalan-jalan di shopee, mencari produk Bali Alus. Setelah mencari-cari, akhirnya ketemu deh penjual (yang sepertinya) tangan pertama produk tersebut. Karena harganya beda beberapa rupiah dari tawaran-tawaran produk serupa dan lokasinya di Denpasar, Bali. 
     Saya akhirnya memutuskan untuk memesan masker face and body Bali Alus aroma strawberry (100 gr), peeling cream (50 gr), dan lulur Bali Ratih aroma strawberry (100 gr). FYI, saya sudah jatuh cinta dengan lulur dan body mist Bali Ratih, hihihi... 
Pesanan Bali Alus dan Bali Ratih
     Menurut saya, pengirimannya cukup cepat walaupun dikirim dari Denpasar. Setelah transfer, sekitar 2 - 3 hari kemudian, pesanan tersebut sudah saya terima. Karena sudah tidak sabar, malam harinya lalu saya gunakan peeling cream dan masker Bali Alus. 
     Saya pikir, maskernya itu sedikit ya, ternyata setelah saya buka, isinya lumayan banyak (menurut saya). Saya masukkan masker tersebut ke wadah kecil yang 250 gr itu hampir setengahnya terisi. Waah, bisa hemat nih, hehe...
     Setelah mencuci wajah, saya gunakan peeling cream terlebih dahulu. Manfaat peeling cream yang tertera adalah
  1.  Membantu membuat kulit wajah tampak lebih bersih.
  2. Menyamarkan kerut, pori - pori dan komedo.
    Dianjurkan untuk dipakai dua kali dalam seminggu di malam hari. Tapi beberapa artikel di google menyebutkan bahwa peeling cream baiknya hanya digunakan seminggu sekali. Saya akan mencoba seminggu dua kali dulu, bila menyebabkan wajah saya menjadi kering, maka selanjutnya akan saya gunakan seminggu sekali.
     Setelah membilas wajah lalu saya pun bersiap meracik maskernya. Masker Bali Alus ini bentuknya bubuk, jadi harus diberi air agar bisa diaplikasikan ke wajah. Karena terbiasa menggunakan dua sendok (es krim) untuk takaran masker sebelumnya, saya pun menakar masker Bali Alus dengan 2 sendok lalu saya tambahkan air mawar (bisa juga menggunakan air biasa, saya gunakan air mawar karena stok air mawar saya masih ada hehe) hingga menjadi pasta. 
     Ternyata, setelah saya aplikasikan ke wajah, takaran 2 sendok itu terlalu banyak :D. Alhasil saya pun mengaplikasikan masker tersebut cukup tebal, haha...
     Setelah 20 menit, saya membilas masker dengan air dingin. Hasilnya, menurut saya, wajah saya menjadi lebih lembut dan enak dipegang, haha...
    Saat pemakaian kedua (selang dua hari kemudian), saya menakar 1 sendok saja dan itu masih cukup banyak haha... 
     Ketika diaplikasikan ke wajah, untuk saya, masker ini terasa dingin (saya sampai harus meraba untuk mengetahui apakah maskernya sudah kering atau belum, haha) dan membuat wajah kaku.
     Menurut saya, aroma strawberry nya tidak terlalu kuat seperti Bali Ratih, tapi lumayan wangilah bahkan setelah dibilas masih tercium aromanya. Kemudian bubuknya berwarna agak pink, dan setelah ditambahkan air warnanya memang menjadi pink. Ada butiran - butirannya juga tetapi tidak kasar. Oiya, produk ini sesuai judulnya, masker face and body, bisa juga digunakan untuk menjadi lulur tubuh. Tapi saya hanya akan menggunakannya sebagai masker wajah saja hehe...
    Setelah masker ini habis, mungkin saya akan kembali membelinya dan mencoba varian baru, hihihi... Untuk teman-teman yang ingin berhemat tapi tetap bisa merawat wajah, bisa dicoba nih masker Bali Alus ini. Saya beli di shopee, itu harganya sekitar 18ribu rupiah. Masker ini banyak variannya, silakan browsing sendiri yaa mana yang cocok atau diinginkan.
     Sekian review dari saya, semoga bermanfaat.

Kamis, 16 Agustus 2018

Bubur Kacang Hijau

Persediaan gula merah di kulkas masih menumpuk, alhamdulilah kemarin saya dapat 'oleh-oleh' dari sekolah berupa kacang hijau. Jadi, langsung deh bikin bubur kacang hijau. 

Bahan-bahan
Kacang hijau
Santan (saya pakai santan bubuk Sasa)
 Jahe
Gula merah
Sedikit garam
Gula putih (optional)

Cara membuat
1. Cuci kacang hijau terlebih dahulu lalu rendam semalaman.
2. Buang air rendaman kacang hijau.
3. Rebus kacang hijau dengan api sedang. Tunggu hingga kacang empuk.
4. Setelah kacang empuk lalu masukkan gula merah dan sedikit garam. Aduk rata.
5. Masukkan jahe yang sudah diiris tipis. Aduk rata.
6. Masukkan santan, aduk rata. (koreksi rasa, bila masih terasa kurang manis tambahkan lagi gula, baik gula merah atau gula putih)
7. Matikan api dan tunggu  hingga hangat, lalu sajikan.

Mudah sekali untuk membuat bubur kacang hijau, hanya perlu ekstra kesabaran ketika menunggu kacangnya empuk. Saya pernah membuat kacang hijau, tapi waktu itu kacangnya tidak mau empuk padahal sudah saya rendam semalaman. Ternyata oh ternyata, saya salah, saya memasukkan gula merah tanpa menunggu si kacang empuk, haha...  Ya, saya kurang sabar menunggu sehingga memasukkan gula bersamaan dengan kacang ketika airnya mendidih, jadi si kacang juga tidak mau menjadi empuk. Tapi dari pengalaman itu saya jadi belajar, belajar untuk sabar, hee...
Selamat mencoba teman-teman ^_^

Masker Wajah

        Setelah lulus kuliah, saya mulai intens merawat wajah. Terutama setelah melihat teman-teman di kosan suka melakukan perawatan tubuh, entah itu luluran maupun maskeran. Saya suka menggunakan masker sebelum tidur, rasanya wajah lebih fresh hehe...
       Saran saya untuk teman-teman, gunakan masker wajah sesuai dengan jenis kulit wajah teman-teman. Karena beberapa masker (terutama masker alami) hanya bisa diaplikan untuk jenis kulit wajah tertentu saja. Jenis kulit wajah saya adalah normal. Selain itu, gunakan masker wajah di malam hari, sebelum tidur atau di pagi hari sebelum beraktivitas. Kalau saya biasanya menggunakan masker setelah shalat magrib sambil menunggu shalat Isya. Lalu bersihkan wajah dulu dari make-up sebelum menggunakan masker dan boleh membilas masker menggunakan air hangat.
Nah, berikut adalah masker - masker yang sering saya gunakan.  
a. Lidah buaya
Sejak SMP dulu, saya paling sering menggunakan lidah buaya, baik untuk masker wajah maupun masker rambut. Bukan lidah buaya yang sekarang sudah banyak dijual di pasaran, tapi memang benar-benar tanaman lidah buaya. Sejak dulu, ibu saya sudah menanam lidah buaya. Satu lembar lidah buaya itu biasaya bisa saya gunakan untuk 3 - 4 kali. Caranya mudah sekali, lidah buaya dipetik lalu disimpan berdiri agar getahnya (yang kekuning-kuningan) keluar semua. Setelah itu dicuci (tapi tidak dicuci pun tidak masalah), lalu lidah buayanya dipotong agak kecil, kira-kira cukup untuk satu kali pakai saja, lalu oleskan rata ke wajah kecuali mata dan bibir. Tunggu hingga kering, kurang lebih 25 menit lalu dibilas menggunakan air biasa. Saya menggunakan lidah buaya hampir setiap hari (dulu), hasilnya wajah saya hingga sekarang agak glowing. Bahkan sering disangka berminyak :( 

b. Susu 
Susu yang biasanya saya gunakan sebagai masker adalah susu bubuk Dancow yang full cream. Satu sachet itu bisa untuk 8 hingga 10 x pemakaian. Awalnya saya coba memakai masker susu setiap malam, tapi baru juga menggunakan selama tiga malam berturut-turut wajah saya terasa kering. Sejak saat itu, saya menggunakan masker susu hanya seminggu sekali atau dua kali. Suami saya bilang, wajah saya agak cerah (bukan putih ya) setelah menggunakan masker tersebut, hehe...
Cara menggunakan masker susu, tuangkan satu sendok susu (saya gunakan sendok eskrim) ke cawan kecil lalu campur dengan air mawar atau air biasa bila tidak ada air  mawar (saya gunakan air mawar viva). Jangan terlalu encer tapi juga jangan terlalu kental. Setelah itu lalu oleskan ke wajah dan tunggu selama kurang lebih 20 menit. Setelah itu bilas dengan air biasa.

c. Spirulina (produk tiens) 
Nah, ini juga salah satu produk kesukaan saya. Kalau mau pesasn, boleh langsung hubungi saya ya, hehe (sekalian promosi). Kalau sedang rajin, saya biasanya gunakan spirulina ini setiap malam sebelum tidur. Tapi bila tidak sedang rajin, minimal saya gunakan seminggu dua kali. Caranya pemakaiannya, buka kapsul spirulina dan tuangkan bubuknya ke cawan kecil. Setelah itu lalu tambahan air mawar (saya gunakan air mawar Viva) atau air biasa juga tidak apa-apa. Jangan terlalu encer maupun kental. Lalu oleskan ke wajah. Tunggu selama kurang lebih 25 menit, lalu bilas dengan air biasa. 

Nah, itulah masker wajah andalan saya. Mudah dan murah meriah bukan, tapi yang terpenting bisa merawat wajah agar tetap menawan untuk suami tercintah :D

Jumat, 20 Juli 2018

Trans Jawa

Tentu tidak asing kan mendengar kata Trans Jawa. Yupz, itu adalah nama jalan tol yang baru saja diresmikan dan baru-baru ini menjadi perbincangan hangat di dunia maya. 
Jadi ceritanya, kegiatan saya di akhir Ramadhan dan Sya'ban sama seperti kegiatan saya tahun sebelumnya di awal bulan Syaban yakni mengantar adik kembali ke pondok pesantren Gontor, Tapi kali ini saya mengantar adik saya bersama suami menggunakan kendaraan pribadi dan adik saya itu tahun ini harus kembali lebih cepat daripada tahun lalu. Bila tahun lalu dia kembali pada tanggal 9 Sya'ban tahun ini dia harus kembali pada tanggal 5 Sya'ban. Jadi, sungguh terasa mudiknya.
Kami berangkat dari Cianjur pada tanggal 4 Sya'ban pagi, sekitar jam 4 subuh dan jalanan sungguh ramai sehingga kami baru tiba di Gontor tanggal 5 Sya'ban jam 8 pagi. 24 jam lebih di jalan, luar biasa sekali. Itu melelahkan buat kami yang memang belum pernah merasakan "indahnya" perjalanan mudik.
Oiya, ketika di Solo kami memutuskan untuk lewat jalur tol trans jawa, masuk dari gerbang Solo dan keluar di gerbang tol Sragen. Pada 5 Sya'ban itu, saya lalu membayar administrasi adik saya. Tapi karena santriwati belum boleh masuk ke kamarnya sebelum jam 12 malam, akhirnya kami pun kebingungan. Akhirnya kami pun memutuskan untuk pulang ke rumah mbah di Madiun. Kami lalu mengecek peta, bohong dink, google maps yang kemudian mengarahkan kami ke tol Ngawi yang nantinya keluar di gerbang tol Madiun. Okelah, kami pun lalu mengikuti jalur tersebut. Ternyata, alhamdulilahnya, Madiun - Mantingan (dalam hal ini adalah rumah mbah hingga ke Gontor) itu bisa ditempuh selama satu setengah jam perjalanan. Kami tiba di rumah mbah sekitar jam setengah satu siang (karena berangkat jam sebelas dari Gontor). Kami mandi, dan melepas lelah sambil mengobrol dengan keluarga mbah.
Karena ayah khawatir, kami pun lalu berangkat lagi Gontor untuk mengantarkan adik jam setengah 6. Tiba di Gontor jam 7. Singkat cerita, kami pun kembali lagi ke Madiun sekitar jam 10 malam, lagi-lagi lewat tol Ngawi - Madiun, sehingga kami tiba di rumah mbah sekitar jam 11 malam (efek malam mungkin ya, jadi perjalanan lebih cepat).
Oiya, waktu itu tarif tol Solo - Sragen masih digratiskan, sedangkan untuk tarif tol Madiun - Ngawi saya lupa lagi berapa, tapi perasaan saya kurang dari 35ribu karena waktu itu juga sedang ada diskon 10% dari pihak tolnya. 
Keesokan harinya, kami pun pulang ke Cianjur. Dari Madiun kami masih menggunakan jalan tol, tapi kali ini kami tidak keluar di gerbang tol Ngawi melainkan di gerbang tol Solo. Tarifnya dibayar tiga kali, pertama di gerbang tol Ngawi, kemudian di gerbang tol Sragen, dan terakhir di gerbang tol Solo. Sehingga tidak dibayar sekaligus di gerbang tol Solo. 
Pendapat saya tentang jalan tol ini adalah, pada waktu itu saya sangat terbantu sekali. Waktu tempuh Madiun-Ngawi, Solo-Sragen, dan Madiun - Solo lebih singkat dibanding lewat jalan biasa. Adik saya tiba di pondok tepat waktu (sebelumnya kami khawatir adik saya telat yang mengakibatkan dia mendapat hukuman). Sayangnya, pada waktu itu jalan tol tersebut masih belum dilengkapi lampu penerang jalan, sehingga di malam hari tentunya akan gelap. Selain itu, lalu lintasnya masih belum terlalu ramai. Sehingga kami memutuskan untuk lewat jalur selatan daripada jalan tol ketika perjalanan pulang. 
Nah, itulah sepintas tentang pengalaman saya melewati jalur Trans Jawa.

Resep: Ikan cobek

Saya ngiler ketika melihat teman di kontak saya, yang memang dia penjual makanan, yang selalu iklan menu andalannya, yaitu ikan cobek. Saya pun pernah mencicipinya sekali, dan rasanya bikin ketagihan. Sayangnya, teman saya itu tinggal di Cianjur sedangkan saya di Bandung Selatan. Akhirnya, saya pun membuat sendiri ikan cobek versi saya, qadarullah di mang sayur ada ikan hehe....
Nah, ini resep ikan cobek versi saya.
Bahan:
- Ikan (saya dapatnya ikan nila yang besar, lalu saya potong jadi tiga bagian)
- Bawang merah 4 siung
- Bawang putih 2 siung
- Cengek/cabai sesuai selera (saya pakai 7 buah cengek yang agak besar)
- Bumbu ikan instan (atau pakai garam saja juga tidak apa-apa)

Cara membuat:
1. Cuci bersih ikan lalu lumuri dengan bumbu ikan instan (atau garam saja) selama satu jam. Saya sih semalaman.
2. Goreng ikan yang sudah dilumuri garam.
3. Sambil menggoreng ikan, kita buat sambal cobeknya dengan cara uleg kasar bawang merah, bawang putih, dan cengek.
4. Ikan matang,angkat dan tiriskan. Lalu ganti wajan (atau bisa menggunakan wajan bekas menggoreng ikan tapi minyaknya dikurangi) untuk menumis sambal cobek.
5. Setelah wangi, tambahkan sedikit air tunggu hingga  mendidih, tambahkan garam, gula dan penyedap rasa (bila suka).
6. Cek rasa, bila sudah pas lalu masukkan ikan yang sudah digoreng.
7. Tunggu beberapa menit jangan lupa dibalik agar airnya meresap ke ikan.
8. Ikan cobek sudah siap untuk disantap dengan nasi hangat.

Kalau suka pedas, beri banyak cabai dan atau cengek. Berhubung suami kurang suka pedas, jadi saya cukup menggunakan 7 buah cengek saja. Rasanya mantap... Pengen nambah nambah lagi, hehehe...
Oiya, tentunya resep saya ini ada beberapa versi ya. Resep ini saya dapatkan dari ibu saya. Silakan googling saja. Selamat memasak ^_^

Sabtu, 03 Februari 2018

Membuat Surat Penyataan Bebas NAPZA

Beberapa waktu yang lalu, untuk sebuah urusan yang mengharuskan saya membuat surat pernyataan bebas NAPZA. Awalnya, bingung karena tidak tahu harus kemana. Kemudian saya pun googling, dari beberapa sumber, disebutkan bahwa kita bisa membuat surat tersebut di kantor BNN, di RSUD, di Laboratorium, dan di Puskesmas. 
Kemudian, seorang teman menghubungi bahwa tidak bisa membuat surat tersebut di Laboratorium. Saya pun lalu pergi ke puskesmas terdekat untuk menanyakan sambil membuat surat pernyataan sehat. Petugas puskesmas lalu menjelaskan bahwa di puskesmas kecamatan dan kabupaten masih belum diberi izin untuk membuat surat pernyataan bebas napza. Saya harus pergi ke RSUD untuk membuat surat tersebut. 
Saya lalu membuat surat pernyataan sehat. Qadarullah, ketika saya sedang diperiksa tensi, petugas kesehatan yang memeriksa saya menanyakan untuk apa saya membuat surat pernyataan sehat. Saya pun lalu menjelaskan dengan singkat sambil mengatakan bahwa saya juga membutuhkan surat penyataan bebas napza. Ternyata si petugas kesehatan tersebut mengetahuinya, dia mengatakan bahwa saya bisa membuat surat pernyataan bebas napza di polres. 
Wah, subhanallah... bantuan datang tak terduga. Setelah mendapatkan surat pernyataan sehat, saya dan suami pun meluncur ke polres. 
Dan... setelah cek urin, saya pun mendapatkan surat pernyataan bebas napza. Alhamdulilah...

Membuat SKCK Baru

Beberapa waktu yang lalu, saya mendapat sebuah keputusan yang mengharuskan saya membuat surat SKCK. Dengan diantar suami tercinta, saya pun melajukan kendaraan ke polsek terdekat. Sudah pede karena merasa semua persyaratan sudah dibawa, ternyata saya kecele, hehe...
Untuk membuat SKCK diharuskan membawa surat pernyataan dari Kepala Desa, yang artinya kami harus meminta surat pengantar dari desa. Ke desalah kami, ternyata kami diminta untuk membawa surat pengantar dari pengurus RT/RW, haha...
Ya sudahlah, akhirnya suami pun pulang dan meminta surat pengantar dari RT/RW, setelah itu lalu diserahkan ke kantor desa untuk dibuatkan surat pengantar dari desa.
Setelah mendapatkan surat pengantar dari desa, kami pun kembali ke polsek.
Persyaratan yang harus dibawa untuk pengajuan SKCK:
1. Surat pengantar dari kantor desa
2. Fotokopi KTP (1 lembar)
3. Foto berwarna ukuran 4x6 (4 lembar)
4. Formulir pengajuan (disediakan di polsek, kita tinggal mengisi saja)
Semua syarat tersebut lalu dimasukkan ke dalam map (tergantung permintaan mapnya warna apa). Setelah itu, serahkan ke petugas, dan kita tinggal menunggu untuk dipanggil. Selesai sudah.

Curug Cibereum

Sudah lama saya ingin main ke curug Cibereum yang terletak di kaki gunung Gede - Pangrango tapi selalu saja ada halangannya. Akhirnya, penghujung tahun 2017 yang lalu alhamdulilah saya pun bisa main ke curug Cibereum dengan suami tercinta, haha...
Kalau mau dibilang nekat, ya memang nekat, karena cuaca saat itu sedang tidak menentu, kadang hujan dan kadang panas. Tapi kami tetap berangkat. Curug Cibereum berada di kawasan Cibodas, Cianjur. Jadi kami pun melajukan kendaraan ke sana. 
Tiba di pintu masuk Cibodas, ada beberapa orang petugas retribusi, kami mengatakan bahwa kami akan menuju ke curug Cibereum, si petugas langsung mengarahkan kami ke parkiran. Oiya, waktu itu kami bayar retribusinya sekitar Rp. 10.000,- (2 orang + motor). Kami melewati pasar Cibodas ketika seorang petugas parkir menghadang dan meminta kami parkir. Kami pun lantas parkir, helm di simpan motor. Suami memasang gembok di motor, semoga aman. Kemudian kami berjalan menuju pintu utama Kebun Raya Cibodas. 
Setelah tiba di depan pintu utama kebun raya Cibodas, kami berbelok ke kanan. Di situ ada papan petunjuk, kebun raya Cibodas, lapangan golf, dan curug Cibereum. Kami berjalan, agak menanjak di sini jalanannya. Lalu jalanan pun terbagi dua, yang agak besar menuju ke lapangan golf sedangkan yang kecil menuju ke curug Cibereum. Nah, foto di bawah ini adalah ujung dari jalan kecil tersebut. Disitu ada papan petunjuk jalan, mau kemana kita (kaya Dora the Explorer).
 Setelah papan petunjuk di atas, kita juga bisa melihat seperti di foto berikut.
Oiya, Curug Cibereum terletak di jalur pendakian gunung Gede - Pangrango, jadi kita tidak akan heran bila berpapasan dengan para pendaki dengan tas yang super gede. Ya iyalah, namanya juga mau berkemah, masa cuma bawa tas tangan aja, haha...
Setelah tanda tersebut, lalu kita akan menaiki tangga yang tersusun dari bebatuan yang tidak rata hingga ke tempat tiket masuk sekaligus pendaftaran bagi para pendaki. Pemanasan, haha...
Nah, itu penampakan karcisnya. Waktu itu, saya membayar Rp. 18.500/orang. Setelah itu, kami pun melanjutkan perjalanan ke atas. Ternyata oh ternyata, perjalanan ke curug Cibereum tidak semudah yang saya bayangkan. Jalanannya yang menanjak dan berupa susunan bebatuan yang tidak rata itu yang membuat saya kelelahan.
Jalanan ke Curug Cibereum
Saya meminta suami berhenti beberapa kali, perjalanan dari tempat membeli karcis masuk hingga ke curug memakan waktu kurang lebih satu jam. Kanan dan kiri kami berupa pepohonan dan terkadang ada monyet-monyet yang bergelantungan.
Ada beberapa papan petunjuk di beberapa tempat yang menyebutkan bahwa tempat tersebut sering disinggahi oleh macan tutul. Waaah serius, membaca papan tersebut saya jadi tidak ingin berlama-lama di tempat tersebut. Apalagi saya hanya berdua dengan suami. 
Kalau sudah tiba di jalan yang seperti ini, artinya sudah setengah perjalanan
Tapi, setelah kami tiba di atas, subhanallah, terbayar sudah perjalanan berangkatnya. Air curug Cibereum yang dingin bikin betah. Kami berangkat dari tempat pembelian karcis sekitar jam 11 dan tiba di curug jam 12-an. 
Oiya, curugnya tidak hanya satu, tapi dua. Sehingga ketika curugnya yang satunya penuh dengan orang, kita bisa bermain di curug yang satunya lagi. Curug yang satu berada di belakang kamar mandi, sedangkan curug utamanya berada di depan, ketika kita tiba kita akan langsung terkena cipratan airnya.
Kami bermain air dan berfoto-foto sekitar sejam kemudian turun lagi karena memang saat itu sudah mulai gerimis romantis, hihihi...
Perjalanan turun juga tidak kalah melelahkan hehe... tapi karena ingin segera sampai rumah, yaa kami tetap memaksakan. Sekitar jam 2 kami pun sudah tiba di tempat parkir dan bersiap untuk pulang. 
Bagi para pendaki pemula seperti saya, saran saya adalah bawa air minum agak banyak. Atau bawa uang tunai agak banyak karena sebenarnya ada pedagang hingga ke curug. Kemudian bawa pakaian ganti kalau mau main air hingga basah. Kemudian, ini sih hanya menurut pendapat saya, jangan bawa anak-anak yang masih minta gendong. Kenapa? Karena itu (tampaknya) melelahkan bung! 
Beberapa kali saya berpapasan dan melewati pasangan-pasangan yang menggendong bayi hingga anak usia dibawah lima tahun, kasian saya melihatnya. Bergantian mereka menggendong si anak, belum lagi barang bawaan mereka ditambah jalanan yang menanjak belum lagi kalau si anak rewel. Ah, yang pasti (menurut saya), ini bukanlah wisata yang ramah anak-anak. Kecuali anak diatas usia 8 tahun.
Oiya, kami juga melewati Danau Biru, tapi saat kami melewati danau tersebut, airnya sedang berwarna coklat, tidak berwarna biru. Jadi kami tidak memfotonya hehe...
Sekian cerita saya, selebihnya silakan nikmati foto saja hehe...
Kalau sudah sampai jembatan ini, artinya Curug sudah semakin dekat
 

Papan petunjuk yang berada di tempat pembelian karcis