expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 20 Juli 2018

Trans Jawa

Tentu tidak asing kan mendengar kata Trans Jawa. Yupz, itu adalah nama jalan tol yang baru saja diresmikan dan baru-baru ini menjadi perbincangan hangat di dunia maya. 
Jadi ceritanya, kegiatan saya di akhir Ramadhan dan Sya'ban sama seperti kegiatan saya tahun sebelumnya di awal bulan Syaban yakni mengantar adik kembali ke pondok pesantren Gontor, Tapi kali ini saya mengantar adik saya bersama suami menggunakan kendaraan pribadi dan adik saya itu tahun ini harus kembali lebih cepat daripada tahun lalu. Bila tahun lalu dia kembali pada tanggal 9 Sya'ban tahun ini dia harus kembali pada tanggal 5 Sya'ban. Jadi, sungguh terasa mudiknya.
Kami berangkat dari Cianjur pada tanggal 4 Sya'ban pagi, sekitar jam 4 subuh dan jalanan sungguh ramai sehingga kami baru tiba di Gontor tanggal 5 Sya'ban jam 8 pagi. 24 jam lebih di jalan, luar biasa sekali. Itu melelahkan buat kami yang memang belum pernah merasakan "indahnya" perjalanan mudik.
Oiya, ketika di Solo kami memutuskan untuk lewat jalur tol trans jawa, masuk dari gerbang Solo dan keluar di gerbang tol Sragen. Pada 5 Sya'ban itu, saya lalu membayar administrasi adik saya. Tapi karena santriwati belum boleh masuk ke kamarnya sebelum jam 12 malam, akhirnya kami pun kebingungan. Akhirnya kami pun memutuskan untuk pulang ke rumah mbah di Madiun. Kami lalu mengecek peta, bohong dink, google maps yang kemudian mengarahkan kami ke tol Ngawi yang nantinya keluar di gerbang tol Madiun. Okelah, kami pun lalu mengikuti jalur tersebut. Ternyata, alhamdulilahnya, Madiun - Mantingan (dalam hal ini adalah rumah mbah hingga ke Gontor) itu bisa ditempuh selama satu setengah jam perjalanan. Kami tiba di rumah mbah sekitar jam setengah satu siang (karena berangkat jam sebelas dari Gontor). Kami mandi, dan melepas lelah sambil mengobrol dengan keluarga mbah.
Karena ayah khawatir, kami pun lalu berangkat lagi Gontor untuk mengantarkan adik jam setengah 6. Tiba di Gontor jam 7. Singkat cerita, kami pun kembali lagi ke Madiun sekitar jam 10 malam, lagi-lagi lewat tol Ngawi - Madiun, sehingga kami tiba di rumah mbah sekitar jam 11 malam (efek malam mungkin ya, jadi perjalanan lebih cepat).
Oiya, waktu itu tarif tol Solo - Sragen masih digratiskan, sedangkan untuk tarif tol Madiun - Ngawi saya lupa lagi berapa, tapi perasaan saya kurang dari 35ribu karena waktu itu juga sedang ada diskon 10% dari pihak tolnya. 
Keesokan harinya, kami pun pulang ke Cianjur. Dari Madiun kami masih menggunakan jalan tol, tapi kali ini kami tidak keluar di gerbang tol Ngawi melainkan di gerbang tol Solo. Tarifnya dibayar tiga kali, pertama di gerbang tol Ngawi, kemudian di gerbang tol Sragen, dan terakhir di gerbang tol Solo. Sehingga tidak dibayar sekaligus di gerbang tol Solo. 
Pendapat saya tentang jalan tol ini adalah, pada waktu itu saya sangat terbantu sekali. Waktu tempuh Madiun-Ngawi, Solo-Sragen, dan Madiun - Solo lebih singkat dibanding lewat jalan biasa. Adik saya tiba di pondok tepat waktu (sebelumnya kami khawatir adik saya telat yang mengakibatkan dia mendapat hukuman). Sayangnya, pada waktu itu jalan tol tersebut masih belum dilengkapi lampu penerang jalan, sehingga di malam hari tentunya akan gelap. Selain itu, lalu lintasnya masih belum terlalu ramai. Sehingga kami memutuskan untuk lewat jalur selatan daripada jalan tol ketika perjalanan pulang. 
Nah, itulah sepintas tentang pengalaman saya melewati jalur Trans Jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar