expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 03 Februari 2018

Curug Cibereum

Sudah lama saya ingin main ke curug Cibereum yang terletak di kaki gunung Gede - Pangrango tapi selalu saja ada halangannya. Akhirnya, penghujung tahun 2017 yang lalu alhamdulilah saya pun bisa main ke curug Cibereum dengan suami tercinta, haha...
Kalau mau dibilang nekat, ya memang nekat, karena cuaca saat itu sedang tidak menentu, kadang hujan dan kadang panas. Tapi kami tetap berangkat. Curug Cibereum berada di kawasan Cibodas, Cianjur. Jadi kami pun melajukan kendaraan ke sana. 
Tiba di pintu masuk Cibodas, ada beberapa orang petugas retribusi, kami mengatakan bahwa kami akan menuju ke curug Cibereum, si petugas langsung mengarahkan kami ke parkiran. Oiya, waktu itu kami bayar retribusinya sekitar Rp. 10.000,- (2 orang + motor). Kami melewati pasar Cibodas ketika seorang petugas parkir menghadang dan meminta kami parkir. Kami pun lantas parkir, helm di simpan motor. Suami memasang gembok di motor, semoga aman. Kemudian kami berjalan menuju pintu utama Kebun Raya Cibodas. 
Setelah tiba di depan pintu utama kebun raya Cibodas, kami berbelok ke kanan. Di situ ada papan petunjuk, kebun raya Cibodas, lapangan golf, dan curug Cibereum. Kami berjalan, agak menanjak di sini jalanannya. Lalu jalanan pun terbagi dua, yang agak besar menuju ke lapangan golf sedangkan yang kecil menuju ke curug Cibereum. Nah, foto di bawah ini adalah ujung dari jalan kecil tersebut. Disitu ada papan petunjuk jalan, mau kemana kita (kaya Dora the Explorer).
 Setelah papan petunjuk di atas, kita juga bisa melihat seperti di foto berikut.
Oiya, Curug Cibereum terletak di jalur pendakian gunung Gede - Pangrango, jadi kita tidak akan heran bila berpapasan dengan para pendaki dengan tas yang super gede. Ya iyalah, namanya juga mau berkemah, masa cuma bawa tas tangan aja, haha...
Setelah tanda tersebut, lalu kita akan menaiki tangga yang tersusun dari bebatuan yang tidak rata hingga ke tempat tiket masuk sekaligus pendaftaran bagi para pendaki. Pemanasan, haha...
Nah, itu penampakan karcisnya. Waktu itu, saya membayar Rp. 18.500/orang. Setelah itu, kami pun melanjutkan perjalanan ke atas. Ternyata oh ternyata, perjalanan ke curug Cibereum tidak semudah yang saya bayangkan. Jalanannya yang menanjak dan berupa susunan bebatuan yang tidak rata itu yang membuat saya kelelahan.
Jalanan ke Curug Cibereum
Saya meminta suami berhenti beberapa kali, perjalanan dari tempat membeli karcis masuk hingga ke curug memakan waktu kurang lebih satu jam. Kanan dan kiri kami berupa pepohonan dan terkadang ada monyet-monyet yang bergelantungan.
Ada beberapa papan petunjuk di beberapa tempat yang menyebutkan bahwa tempat tersebut sering disinggahi oleh macan tutul. Waaah serius, membaca papan tersebut saya jadi tidak ingin berlama-lama di tempat tersebut. Apalagi saya hanya berdua dengan suami. 
Kalau sudah tiba di jalan yang seperti ini, artinya sudah setengah perjalanan
Tapi, setelah kami tiba di atas, subhanallah, terbayar sudah perjalanan berangkatnya. Air curug Cibereum yang dingin bikin betah. Kami berangkat dari tempat pembelian karcis sekitar jam 11 dan tiba di curug jam 12-an. 
Oiya, curugnya tidak hanya satu, tapi dua. Sehingga ketika curugnya yang satunya penuh dengan orang, kita bisa bermain di curug yang satunya lagi. Curug yang satu berada di belakang kamar mandi, sedangkan curug utamanya berada di depan, ketika kita tiba kita akan langsung terkena cipratan airnya.
Kami bermain air dan berfoto-foto sekitar sejam kemudian turun lagi karena memang saat itu sudah mulai gerimis romantis, hihihi...
Perjalanan turun juga tidak kalah melelahkan hehe... tapi karena ingin segera sampai rumah, yaa kami tetap memaksakan. Sekitar jam 2 kami pun sudah tiba di tempat parkir dan bersiap untuk pulang. 
Bagi para pendaki pemula seperti saya, saran saya adalah bawa air minum agak banyak. Atau bawa uang tunai agak banyak karena sebenarnya ada pedagang hingga ke curug. Kemudian bawa pakaian ganti kalau mau main air hingga basah. Kemudian, ini sih hanya menurut pendapat saya, jangan bawa anak-anak yang masih minta gendong. Kenapa? Karena itu (tampaknya) melelahkan bung! 
Beberapa kali saya berpapasan dan melewati pasangan-pasangan yang menggendong bayi hingga anak usia dibawah lima tahun, kasian saya melihatnya. Bergantian mereka menggendong si anak, belum lagi barang bawaan mereka ditambah jalanan yang menanjak belum lagi kalau si anak rewel. Ah, yang pasti (menurut saya), ini bukanlah wisata yang ramah anak-anak. Kecuali anak diatas usia 8 tahun.
Oiya, kami juga melewati Danau Biru, tapi saat kami melewati danau tersebut, airnya sedang berwarna coklat, tidak berwarna biru. Jadi kami tidak memfotonya hehe...
Sekian cerita saya, selebihnya silakan nikmati foto saja hehe...
Kalau sudah sampai jembatan ini, artinya Curug sudah semakin dekat
 

Papan petunjuk yang berada di tempat pembelian karcis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar