expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 04 November 2013

Wanita, antara Keluarga dan Karir

Sudah menjadi rahasia umum bila di masyarakat kita seorang wanita yang sudah menikah akan memilih untuk tinggal di rumah, alias berkarir sebagai ibu rumah tangga. Perkataan yang sangat kejam dari sebagian masyarakat yang pola pikirnya sederhana, ialah kasihan orang tua yang membiayai putrinya bersekolah hingga perguruan tinggi karena setinggi apapun pendidikan seorang wanita akhirnya semua akan sia-sia karena setelah menikah ia hanya tinggal di rumah. Saya katakan itu adalah pola pikir sederhana.
Bila dipikirkan hanya dari segi materi, memang orang tua sangat merugi. Biaya pendidikan di perguruan tinggi pun sekarang sudah berpuluh-puluh juta, dan semua itu hilang begitu saja ketika sang putri menikah. Tapi bila dipikirkan dari segi non-materi, orang tua sangat berjasa. Karena ilmu yang ditimba oleh sang putri dapat diajarkan kepada anak-anaknya setelah ia menikah. Ingatkah Rasulullah saw bersabda bahwa seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Bahkan mungkin suatu saat ia juga bisa membantu sang suami dalam mencari nafkah.
Wanita mana yang tidak menginginkan disunting oleh seorang pria yang kaya raya nan rupawan? Tapi tidak semua wanita mendapatkan hal itu bukan?
Banyak terjadi di masyarakat kita, seorang wanita dengan beberapa orang anak ditinggalkan oleh suaminya, entah itu karena sang suami meninggal dunia, kabur, selingkuh, atau lain sebagainya. Padahal wanita tersebut tidak mempunyai keahlian apapun atau misalkan tidak bekerja. Secara otomatis, setelah sang suami pergi, tanggung jawabnya lah sebagai pencari nafkah.
Tentu saja, semua wanita sangat ingin suami yang dicintainya setia, sehat selalu, dan menemani hingga usia senja dan melihat anak-anak mereka tumbuh dewasa. Tapi lagi-lagi, kita tidak pernah mengetahui nasib seseorang. Jadi menurut saya, tidak ada salahnya bila seorang wanita yang sudah menikah untuk bekerja.
Tapi tentu saja, bekerja dalam batasannya. Tidak terlalu berlebihan dan tidak pula melupakan kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga. Seorang istri yang bekerja akan lebih menghargai pemberian suami karena ia juga merasakan bagaimana lelahnya mencari nafkah. Selain itu, ia juga mandiri dan tidak terlalu bergantung pada suami.
Saya rasa, suami pun akan sangat menghargai istri yang bisa memahami dan menerima segala pemberiannya dengan senang hati. Selain itu, suami pun akan senang karena sedikit banyaknya sang istri telah membantunya membiayai rumah tangga. Tentu saja -sekali lagi- selama sang istri bekerja tidak berlebihan dan tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga.
Semoga pasangan kita selalu diberikan kesehatan, perlindungan, keselamatan, dan umur yang panjang, aamiin yaa Robbalalamiin....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar