"Karena malam mempunyai kekuatan tersendiri untuk membangkitkan harapan yang tak terwujudkan dan kenangan yang terlupakan"
Xixixi... itulah sebaris kalimat yang tiba-tiba terbesit dalam pikiran saya malam ini. Malam ini saya ingin flashback ke masa lalu. Bercerita tentang secuil aktivitas yang pernah saya lakukan ketika masa putih abu-abu.
Dulu, ketika saya kelas dua SMA, saya diajak seorang sahabat dekat untuk pergi ke Gunung Padang. Pada masa itu, Gunung Padang itu masih sepi dan jarang diketahui oleh orang banyak. Bahkan salah seorang teman saya yang asli Cianjur sama sekali tidak tahu dimana letak Gunung Padang itu sendiri. Kami bermodal nekat, karena waktu itu saya pergi hanya berenam dan wanita semua. Kami tidak tahu jalan, kami hanya bermodalkan keinginan dan keberanian untuk bertanya agar kami tidak tersesat. Mulanya kami berempat berjanji bertemu di daerah Pasir Hayam, Cianjur (sekarang terminal Pasir Hayam). Dari sana, kami naik angkot -saya lupa lagi- hingga tiba di stasiun terakhir. Setelah itu kami turun. Saya ingat sekali, pada waktu itu kami bingung, harus naik apa lagi, karena tidak ada angkutan umum ataupun ojek. Akhirnya kami pun berjalan kaki. Setelah hampir satu jam kami berjalan kaki, kami masih belum menemukan tanda apapun tentang Gunung Padang, sempat kami memutuskan untuk pulang lagi hingga kemudian, sebuah mobil pick up meng-klaksoni kami. Ternyata, dua orang teman kami sudah naik di mobil tersebut. Kami merasa sangat senang dan juga kembali bersemangat. Akhirnya kami pun menumpang pada mobil tersebut. Ternyata, Gunung Padang itu sendiri masih sangat jauh. Kami sangat bersyukur bertemu supir mobil pick up tersebut di waktu yang tepat, karena bila kami masih saja nekat untuk berjalan kaki, mungkin kami akan berjalan sepanjang hari.
Mobil itu tidak mengantarkan kami ke Gunung Padang, tapi setidaknya, kami hanya tinggal berjalan kaki sejauh 7km lagi untuk tiba di Gunung Padang. Setelah mengucapkan terima kasih, kami pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sejauh 7 km.
Bukan perjalanan yang mudah, tentu saja. jalanan pada waktu itu masih berupa batu-batu kasar dan tanah juga kerikil dan tentu saja naik turun serta berliku. Tapi, percayalah, pemandangan pun tak kalah indahnya. hutan bambu, perkebunan teh, itu lah yang kami lihat. Hingga akhirnya kami tiba di kaki Gunung Padang. Kami beristirahat lagi untuk yang kesekian kalinya di sebuah pondok bambu sederhana. Ada sebuah aliran air, waktu itu kami bertemu dengan kuncen Gunung Padang, dia bilang air tersebut masih bersih sehingga kami bisa langsung meminumnya tanpa memasaknya terlebih dahulu. Benar-benar sangat segar airnya.
Kami pun lalu mulai menaiki tangga Gunung Padang, yang katanya seribu anak tangga, entah benar atau tidak, tapi yang pasti tangga tersebut sangat curam. Ketinggian anak tangga yang tidak sama juga lebarnya yang berbeda-beda otomatis membuat kami sangat lelah walaupun baru menaiki beberapa anak tangga saja. Tapi itulah sense -nya hehe...
Kami pun tiba di puncak Gunung Padang, sejauh mata memandang yang tampak hanyalah bebatuan yang berserakan tidak karuan. Karena waktu itu kami masih pada cupu, tidak ada seorang pun dari kami yang membawa kamera ataupun memiliki handphone dengan kamera. Jadi, semua itu hanya tersimpan dalam benak kami masing-masing.
Kami pun tiba di puncak Gunung Padang, sejauh mata memandang yang tampak hanyalah bebatuan yang berserakan tidak karuan. Karena waktu itu kami masih pada cupu, tidak ada seorang pun dari kami yang membawa kamera ataupun memiliki handphone dengan kamera. Jadi, semua itu hanya tersimpan dalam benak kami masing-masing.
Kami duduk-duduk di sebuah batu untuk melepas lelah, bodohnya kami, kami pun tidak membawa makanan untuk kami makan disana, hahaha....
Ketika duduk, iseng-iseng kami memukul salah satu batu, dan ternyata batu-batu tersebut bisa berbunyi. Itulah batu yang sekarang disebut batu degungan.
Kami tidak lama berada di Gunung Padang, setelah setengah jam kami berada di sana kami memutuskan untuk pulang. Well, kami kembali bertanya pada si kuncen Gunung Padang, sambil mengisi ulang air minum kami dari air yang ada di sana tadi, hehe...
Ternyata, di tempat kami berhenti naik mobil pick up tadi ada sebuah stasiun kereta api. Sehingga kami bisa pulang tanpa harus berjalan kaki lagi, (walaupun untuk ke stasiun kami tetap harus berjalan kaki sejauh 7km, ahahaha). Dengan penuh semangat kami berjalan menuju stasiun, tiba di stasiun kami langsung membeli tiket kereta api (waktu itu harganya cuma Rp. 1500,-). Kereta tiba pukul 15.00 menuju Cianjur. Kami pun tiba di Cianjur sekitar pukul 17.00. Sangat gembira walaupun sangat lelah karena berjalan kaki sejauh 14 km lebih, hehehe.... dan juga kelaparan.
Hingga tulisan ini dimuat, tidak ada seorang orang tua pun yang tahu bahwa kami berenam pernah pergi ke Gunung Padang :)
Sebuah kenakalan yang tidak boleh dilakukan dan ditiru yaaaaa....
Ini kenangan, apa kenanganmu? :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar