expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 01 Desember 2018

PPG

Apa sih itu PPG?
     Mungkin beberapa teman masih bertanya-tanya dengan apa itu PPG. PPG merupakan kepanjangan dari Pendidikan Profesi Guru. Dulu, namanya PLPG, dengan program pendidikan selama 10 hari. Tahun ini, PLPG ditiadakan dan diganti dengan PPG. 
     Program pendidikannya lumayan kompleks, untuk saya yang tahap 1, berlangsung selama kurang lebih 6 bulan. Tetapi, saya dengar teman-teman dari tahap 2 kurang dari 6 bulan, begitu pula dengan teman-teman dari tahap 3. Mudah-mudahan ke depannya, prosesnya semakin singkat. Karena, menurut pendapat pribadi saya, waktu selama 6 bulan itu bukanlah waktu yang singkat. Ada keluarga dan siswa yang saya tinggalkan. Coba bayangkan bila dalam satu sekolah, tiga orang saja gurunya ikut PPGDJ, waaah, kasian siswa ketinggalan pelajarannya banyak. Tapi ini sih hanya imajinasi saya (yang mungkin keterlaluan), hehe...

PPG ada dua macam, PPG dalam jabatan dan pra jabatan.
1. PPG Dalam Jabatan (PPGDJ) => diikuti oleh guru yang sudah mengabdi selama minimal 2 tahun di sekolah. Untuk mengikuti PPGDJ, guru akan diundang untuk mengikuti pretest. Bila sudah lulus, maka tinggal mengikuti langkah selanjutnya. Bila belum lulus, akan tetap dipanggil untuk mengikuti pretest. Saya belum tahu apakah ada batas maksimalnya untuk pretest, semoga saja tidak.

2. PPG pra jabatan => diikuti oleh umum, maksudnya orang yang belum mengajar juga bisa mengikuti program ini. Syaratnya sendiri antara lain belum nikah dan belum bekerja. Setahu saya, PPG pra jabatan ini prosesnya selama satu tahun, terdiri dari 6 bulan perkuliahan dan 6 bulan PPL.

     Pra jabatan tentunya lebih sulit dan lebih lama dari dalam jabatan, karena yang mengikuti pra jabatan bukan guru yang mengajar (walau sebenarnya bisa juga guru mengikuti program ini). 
Setelah mengikuti uji pengetahuan dan uji kinerja, para peserta PPG akan dinyatakan kompeten. Untuk peserta yang dinyatakan kompeten akan mendapatkan sertifikat pendidik yang nantinya juga akan memperoleh tunjangan (dikenal dengan istilah sertifikasi :D)
     Sedangkan peserta yang belum dinyatakan kompeten, mereka akan mengulang lagi ujiannya saja. Misal belum lulus karena tidak lulus uji pengetahuan maka dia akan mengulang uji pengetahuannya saja. Begitu juga dengan peserta yang tidak lulus di uji kinerja, dia akan mengulang uji kinerjanya saja. Begitulah sekilas tentang PPG, semoga memberikan pencerahan :D

Perjalanan PPG Daljab Tahap 1 2018

     Kali ini saya ingin menceritakan sedikit tentang perjalanan (ceilah) yang saya tempuh. Tahun 2017, saya dan kelima orang rekan guru mengikuti pretest. Dari ke-6 orang itu, alhamdulilah saya lulus. Kemudian, menunggu sekitar sebulan, pada awal Desember, Operator (Op) sekolah memberitahu saya untuk mempersiapkan ijazah dan lain sebagainya, pemberkasan dia bilang. Saya pun lalu menyiapkan berkas yang dia minta, antara lain ijazah S-1, transkip nilai, surat keterangan bebas NAPZA dari RSUD, surat keterangan sehat dari puskesmas, SKCK dari polsek, SK GTT/GTY, Surat mengajar selama 2 tahun, dan jadwal mengajar saya. Kemudian saya serahkan ke dinas pendidikan kab. Bandung. Setelah pemberkasan itu, saya diminta untuk memantau situs sergur. Oiya, saat menyerahkan berkas ke dinas, saya bertemu dan berkenalan dengan seorang guru dari Ciwidey. 
     Saat memantau situs tersebut, saya jadi mengetahui bahwa berkas saya telah disetujui oleh dinas dan diverifikasi oleh LPMP. Kemudian, masih di situs sergur, saya mengetahui bahwa saya lulus dan berhak mengikuti PPG dalam jabatan. Kemudian saya mengisi surat pernyataan untuk mengikuti PPG dan diharuskan untuk mencetak AP 1.  Setelah mengisi surat tersebut, saya tahu bahwa saya termasuk ke dalam peserta PPG dalam jabatan tahap 1 tahun 2018. Seorang rekan dari sekolah lain yang ikut pretes sama dengan saya ternyata dia menjadi peserta PPG daljab tahap 2. Butuh waktu kurang lebih 2 minggu hingga di sergur diumumkan bahwa saya akan mengikuti PPG di UPI. Dari sergur itu disertakan link untuk masuk ke website UPI. 
     Dari situ, kemudian saya terus memantau web UPI. Seingat saya, itu bulan Juni dan belum ada pengumuman apapun. Saya merayakan hari raya Idul Fitri dengan penuh kekhawatiran. Kurang lebih sepuluh hari setelah lebaran, web UPI sudah bisa diakses, lengkap dengan tugas-tugasnya. Dalam tugas daring tersebut, saya juga dikejar dateline. 1-2 modul harus diselesaikan dalam waktu 1 minggu. Pada sesi pedagogik, ada sekitar 4 modul dengan tiap modul ada beberapa tugas. Mantap banget itu. Pada sesi profesional ada sekitar 8 modul dengan tiap modul terdiri dari beberapa sub dengan beberapa tugas. Setiap hari saya duduk depan laptop mengerjakan tugas, alhamdulilahnya waktu itu libur sekolah. Tekanan semakin meningkat saat akan masuk sekolah kemudian tugas di modul akhir ternyata diharuskan membuat video mengajar. Singkat cerita, masa daring pun sudah saya lalui. Daring yang seharusnya 3 bulan, dilaksanakan hanya dalam waktu 1,5 bulan. Kemudian saya menunggu lagi, alhamdulilah saya lulus sesi daring dan berhak mengikuti workshop. 
     Pada hari Jumat, saya diantar suami ke UPI untuk melakukan daftar ulang. Saat itu, pertama kali saya bertemu dengan rekan-rekan yang selama ini menemani dan sharing via whatsapp. Ternyata, saya sekelas dengan wanita yang saya temui di dinas saat menyerahkan berkas :D bahkan dia pun menjadi teman sekamar saya selama workshop di UPI. Kami, peserta PPG dalam jabatan (PPGDJ) tahap 1 mencari tempat kosan sendiri, biaya hidup dan transportasi selama workshop kami tanggung sendiri. Hari-hari pertama di minggu awal terasa berat untuk saya. Tapi alhamdulilah, saya mempunyai suami dan teman sekamar yang super dan saling menyemangati, juga teman-teman sekelas yang super.
     Kami belajar dari dosen-dosen yang luar biasa, yang memberikan motivasi untuk menjadi guru yang profesional. Kami belajar dari Senin hingga Jumat, dari pukul tujuh hingga pukul lima bahkan tak jarang kami baru selesai jam enam sore. Sungguh, sebuah perjuangan buat saya. Hingga lima pekan pun berlalu tanpa terasa, di akhir pekan kelima saya akan mengikuti Uji Pengetahuan (UP). Sepekan sebelumnya, kami mengikuti try-out UP dulu :D
     Setelah UP, saya belum bisa bernafas lega karena kami harus mengikuti alur berikutnya, yaitu PPL. Waktu itu, saya masih bisa mengadakan PPL di daerah asal selama guru yang mengikuti PPL di daerah tersebut ada 4 orang. Saya dan teman-teman sekelas pun berpisah di sini dan kembali ke daerah asal. Saya dan tiga orang teman yang sama-sama berasal dari kab. Bandung pun PPL di sekolah yang sama di Banjaran. Alhamdulilah, guru pamong kami sangat baik dan pengertian, saya pun mendapatkan siswa dari kelas yang soleh-solehah. Kami menjalani PPL selama lima minggu, awalnya kami harus menjalani selama tiga minggu, tapi ternyata ada perubahan sehingga menjadi lima minggu. Di pekan kelima, kami sudah tidak mengajar, kami menunggu jadwal Uji Kinerja (UKin). Untuk UKin, kami akan dinilai oleh seorang guru penguji dari sekolah PPL dan dosen penguji dari LPTK. Alhamdulilah kami berhasil melaluinya. 
     Awal November kami melakukan UKin, dan alhamdulilah di minggu ketiga sudah ada pengumuman kelulusan PPGDJ tahap 1. Qadarullah, dari sekitar 30 orang teman sekelas, ada beberapa orang yang dinyatakan belum lulus dan harus mengulang. Sedih sih rasanya, karena kami melewatinya bersama, alhamdulilah saya lulus :D

Ringkasnya, alur untuk saya PPGDJ tahap 1 adalah
DARING (3 bulan) - WORKSHOP (5 pekan) - UP (1 hari) - PPL (5 pekan) - UKin (1 hari)

     Total waktu yang saya habiskan adalah kurang lebih 6 bulan. Aaaah, saya terharu. Saya sangat berterima kasih pada suami yang sangat rela berkorban (dan dia insha Allah akan menjadi pejuang PPGDJ tahun 2019), keluarga, rekan-rekan mengajar di sekolah, teman-teman PPGDJ 157-A 1st Batch, guru pamong saya, guru penguji saya serta para guru dan siswa di sekolah PPL. Semuanya karena Allah, mereka semua mau membantu saya, alhamdulilah... Semoga Allah membalas kebaikan mereka semua, aamiin... 
    Untuk rekan-rekan yang akan menjadi pejuang PPGDJ, tetap semangat. Jalani saja prosesnya, insha Allah semoga Allah memudahkan aamiin...

Selasa, 18 Juli 2017

Cerita Daftar Ulang Santri Lama di PMD Gontor Putri

Awal tahun ajaran baru ini, saya memiliki pengalaman baru. Alhamdulillah adik saya naik kelas di PMD Gontor Putri 1, tetap di GP 1 hanya beda asrama dan kelas, Alhamdulilah...
Oiya, Gontor sendiri beda ya liburannya dengan sekolah-sekolah biasa. Pengalaman adik saya semester lalu, ketika di sekolah tempat saya mengajar sedang persiapan untuk ujian kenaikan kelas, di Gontor sudah mulai libur. Adik saya libur selama 50 hari, 4 hari terpotong untuk perjalanan  pulang pergi.
Adik saya masuk pada tanggal 10 Syawal atau sekitar tanggal 4 Juli 2017. Saya diminta untuk mengantar adik saya daftar ulang, jadi dia tidak ikut berangkat dengan konsulat. Awalnya, saya kira bila saya berangkat duluan kami bisa duluan daftar ulang dan masuk pondok, jadi tidak berdesak-desakan dengan santri lainnya. Yah, bayangkan saja, angkatan yang sekelas dengan adik saya ada sekitarnya 500 orang, belum angkatan yang lainnya, wiiih pastinya padat banget. Akhirnya, kami berangkat tanggal 30 Juni. Alhamdulillah perjalanan lancar walau ada macetnya di beberapa titik, berhubung masih dalam waktu arus balik lebaran :D
Kami jalan siang, berangkat jam 4 pagi nyampe Gontor jam 23.30. Saya turun untuk bertanya pada ukhti yang berjaga, ternyata oh ternyata, daftar ulang belum bisa dilakukan sekarang. Serentak tanggal 4 Syawal katanya. Daaan, otomatis adik saya pun belum boleh masuk asrama. Saya melihat sekeliling, wuiiiih, sudah pada penuh. Bapenta, gazebo, mesjid, dan penginapan di dalam sudah penuh, bahkan tidak banyak orang tua yang membawa tenda dan tidur di mobil. Saya kembali ke mobil, lalu saya mencoba mencari penginapan atau rumah warga di depan pondok, hasilnya, penuh semua. Baiklah... Oiya, selain daftar ulang santri lama, penuhnya pondok juga karena adanya penerimaan santri baru. Dan waktu itu, masih dibuka pendaftarannya. Jadi, orang tua santri baru masih bisa banyak yang datang untuk mendaftar.
Okelah, akhirnya saya lanjutkan perjalanan ke rumah Mbah di Madiun. Kami akan menginap hingga tanggal 4 Juli, awal rencana.
Skip skip skip
Tanggal 2 Juli siang, saya diberitahu oleh mamanya teman adik saya yang udah nginep di pondok bahwa daftar ulang sudah dibuka. Akhirnya saya dan adik saya berangkat ke Pondok tanggal 3 Juli pagi. Sampai disana, pendaftaran belum dimulai, saya dan adik saya mencoba mencari penginapan, kami tiga kali bolak balik, dan semua penginapan penuh huhuhu...
Alhamdulillah, mamanya teman adik saya baik, beliau mau mengambilkan nomor antrian untuk saya. Jadi gini ya, sistemnya, di pondok itu kan ada dua gerbang, yang satu gerbangnya besar dan ada bangunan di depannya sedangkan gerbang yang satu lagi dekat mesjid dan ada lapangan dengan gazebo baru ada bangunan. Nah, untuk membayar administrasi kita (wali santri atau santri) masuknya lewat gerbang yang dekat masjid. Dari sana, kantor administrasinya dekat, disana kita membayar uang pondok dll. Kemudian, santri dan barang-barangnya masuk lewat gerbang utama yang besar, nanti disana ada ukhti yang mendata. Setelah masuk, nanti barang-barang santri akan diperiksa. Adik saya harus merelakan dua buah kaosnya yang disita oleh ukhti karena dianggap tidak sesuai dengan peraturan. Naaaah, setelah diperiksa, barang-barangnya kemudian dibawa ke tengah lapangan yang dijaga oleh ukhti. Kalau adik saya mau masuk ke asrama, barang-barangnya tidak perlu disimpan disana. Tapi adik saya belum mau masuk kamar, katanya masih sendirian karena teman-temannya juga masih diluar. Okelah, saya mengalah.
Ketika berangkat ke Gontor, saya diantar adik kedua saya, tapi karena dia harus masuk kerja, jadi saya ditinggal di Madiun. Dari Madiun, saya menyewa mobil untuk ke pondok diantar paman dan bibi. Sebelum paman dan bibi pulang, paman membantu mencarikan penginapan untuk saya bermalam. FYI, saya dapat tiket pulang ke Bandung itu tanggal 5 Juli, otomatis saya masih harus menginap 2 malam lagi di Mantingan. Alhamdulillah, saya dapat penginapan. Bukan penginapan sih sebenernya, hanya rumah warga yang berbaik hati ruang tamunya dipakai untuk menginap. Saya menginap disana semalam, tapi jaraknya menurut saya lumayan jauh dari pondok. Apalagi saya masih harus bolak-balik keluar untuk membelikan perlengkapan adik saya.
Oiya, untuk daftar ulangnya sendiri, per hari mereka membuka 1000 antrian, dari tanggal 2 sore hingga tanggal 4 Juli, kebayangkan banyaknya?
Dan, pada tanggal 4 Juli jam 23.59 semua santri harus masuk ke kamarnya masing-masing. Jadi adik saya masih bisa tidur dengan saya semalam. Tanggal 4 pagi, saya minta adik saya untuk masuk ke kamarnya, beres-beres gitu biar nanti malam dia bisa tidur dengan tenang, dianya mau. Alhamdulillah, saya juga dapat tempat di bapenta, jadilah saya juga pindah dari rumah warga ke bapenta, hihihi...
Setelah saya pindah di bapenta, saya jadi lebih tenang. Karena tidak perlu bolak-balik dan jalan jauh hehe...
Adik saya beres-beres di kamarnya, sedangkan saya tidur-tiduran menunggu dia di bapenta. Ketika dia datang, dia langsung cerita, lemarinya lupa tidak ia beri kapur barus, jadilah banyak rayap di lemarinya dan beberapa barangnya hilang termasuk kasurnya. Jadilah, kami belanja kasur dan beberapa perlengkapan lagi.
Begitulah cerita saya di PMD Gontor Putri kali ini. Semoga bisa bermanfaat bagi teman-teman yang ingin memasukkan anaknya atau adiknya ke sana. Bila ingin bertanya-tanya lagi, langsung aja add FB saya ya. Jangan main ngirim inbox, karena seringnya tidak terbaca hehe...
Terima kasih sudah membaca tulisan saya yang panjang ini ^_^

Senin, 06 April 2015

Past Continuous Tense

Kalimat yang menandakan sebuah perbuatan sedang dilakukan di masa lampau dan tidak tahu apakah sekarang sudah selesai atau belum selesai. Biasanya, past continuous tense disandingkan dengan past tense, tapi itu insha Allah beda bahasan nanti, hehe... Biar teman-teman yang baru belajar tidak pusing nantinya.
(+) Subject + tobe (was / were) + V-ing
I was studying.
She was studying.
He was studying.
You were studying.
We were studying.
They were studying.

(-) Subject + tobe (was / were) + not + V-ing
I was not studying.
She was not studying.
He was not studying.
You were not studying.
We were not studying.
They were not studying.

(?) Tobe (was / were) + subject + V-ing?
Was I studying?
Was she studying?
Was he studying?
Were you studying?
Were we studying?
Were they studying?

Nah, itulah sedikit penjelasannya. Silakan cari referensi lain ya, jangan hanya puas dengan satu referensi :D

Rabu, 18 Maret 2015

Present Continuous Tense

Present continuous tense menandakan kegiatan yang sedang dilakukan sekarang.
(+) Subject + to be (is, am, are) + V-ing + Adverb
I am studying.
She is watching television.
You are studying.

(-) Subject + to be (is, am, are) + not + V-ing + Adverb
I am not studying.
She is not watching television
You are not studying.

(?) to be (is, am, are) + subject + V-ing ?
Am I studying?
Is she watching television?
Are you studying?

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan googling sumber lain biar lebih jelas, hehe...

Senin, 04 November 2013

Wanita, antara Keluarga dan Karir

Sudah menjadi rahasia umum bila di masyarakat kita seorang wanita yang sudah menikah akan memilih untuk tinggal di rumah, alias berkarir sebagai ibu rumah tangga. Perkataan yang sangat kejam dari sebagian masyarakat yang pola pikirnya sederhana, ialah kasihan orang tua yang membiayai putrinya bersekolah hingga perguruan tinggi karena setinggi apapun pendidikan seorang wanita akhirnya semua akan sia-sia karena setelah menikah ia hanya tinggal di rumah. Saya katakan itu adalah pola pikir sederhana.
Bila dipikirkan hanya dari segi materi, memang orang tua sangat merugi. Biaya pendidikan di perguruan tinggi pun sekarang sudah berpuluh-puluh juta, dan semua itu hilang begitu saja ketika sang putri menikah. Tapi bila dipikirkan dari segi non-materi, orang tua sangat berjasa. Karena ilmu yang ditimba oleh sang putri dapat diajarkan kepada anak-anaknya setelah ia menikah. Ingatkah Rasulullah saw bersabda bahwa seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Bahkan mungkin suatu saat ia juga bisa membantu sang suami dalam mencari nafkah.
Wanita mana yang tidak menginginkan disunting oleh seorang pria yang kaya raya nan rupawan? Tapi tidak semua wanita mendapatkan hal itu bukan?
Banyak terjadi di masyarakat kita, seorang wanita dengan beberapa orang anak ditinggalkan oleh suaminya, entah itu karena sang suami meninggal dunia, kabur, selingkuh, atau lain sebagainya. Padahal wanita tersebut tidak mempunyai keahlian apapun atau misalkan tidak bekerja. Secara otomatis, setelah sang suami pergi, tanggung jawabnya lah sebagai pencari nafkah.
Tentu saja, semua wanita sangat ingin suami yang dicintainya setia, sehat selalu, dan menemani hingga usia senja dan melihat anak-anak mereka tumbuh dewasa. Tapi lagi-lagi, kita tidak pernah mengetahui nasib seseorang. Jadi menurut saya, tidak ada salahnya bila seorang wanita yang sudah menikah untuk bekerja.
Tapi tentu saja, bekerja dalam batasannya. Tidak terlalu berlebihan dan tidak pula melupakan kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga. Seorang istri yang bekerja akan lebih menghargai pemberian suami karena ia juga merasakan bagaimana lelahnya mencari nafkah. Selain itu, ia juga mandiri dan tidak terlalu bergantung pada suami.
Saya rasa, suami pun akan sangat menghargai istri yang bisa memahami dan menerima segala pemberiannya dengan senang hati. Selain itu, suami pun akan senang karena sedikit banyaknya sang istri telah membantunya membiayai rumah tangga. Tentu saja -sekali lagi- selama sang istri bekerja tidak berlebihan dan tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga.
Semoga pasangan kita selalu diberikan kesehatan, perlindungan, keselamatan, dan umur yang panjang, aamiin yaa Robbalalamiin....

Sabtu, 13 April 2013

Daftar Beberapa Universitas BPP-DN

Naaaah ini dia alamat beberapa Perguruan Tinggi yang biasanya mengharuskan calon mahasiswanya untuk mendaftar via online terlebih dahulu.
1. Universitas Negeri Malang (UM)
website: http://www.um.ac.id
pascasarjana: http://pasca.um.ac.id
pendaftaran online: http://seleksi.um.ac.id/home

2. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
website: http://upi.edu/
pascasarjana: http://sps.upi.edu/

3. Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS)
website: www.uns.ac.id
pascasarjana: http://pasca.uns.ac.id
pendaftaran online: http://spmb.uns.ac.id

4. Universitas Negeri Semarang (UNNES)
website: http://pps.unnes.ac.id
pascasarjana: http://pps.unnes.ac.id
pendaftaran online: http://spmu.unnes.ac.id
 
5. Universitas Diponegoro (UNDIP)
Website: www.undip.ac.id/
Program
Pascasarjana: www.pasca.undip.ac.id/
P
endaftaran Online Program Pascasarjana: um.undip.ac.id/ - See more at: http://panduan-bu.blogspot.com/p/blog-page.html#sthash.Snpcst2W.dpuf
 Website: http://www.undip.ac.id
pascasarjana: http://pasca.undip.ac.id
pendaftaran online: http://um.undip.ac.id
 
Website: www.undip.ac.id/
Program
Pascasarjana: www.pasca.undip.ac.id/
P
endaftaran Online Program Pascasarjana: um.undip.ac.id/ - See more at: http://panduan-bu.blogspot.com/p/blog-page.html#sthash.Snpcst2W.dpuf
Program Pascasarjana: www.pasca.undip.ac.id/
P
endaftaran Online Program Pascasarjana: um.undip.ac.id/ - See more at: http://panduan-bu.blogspot.com/p/blog-page.html#sthash.Snpcst2W.dpuf
Website: www.undip.ac.id/
Program
Pascasarjana: www.pasca.undip.ac.id/
P
endaftaran Online Program Pascasarjana: um.undip.ac.id/ - See more at: http://panduan-bu.blogspot.com/p/blog-page.html#sthash.Snpcst2W.dpuf
6. Institut Teknologi Bandung (ITB)
website: www.itb.ac.id
pascasarjana: www.sps.itb.ac.id
pendaftaran online: www.sps.itb.ac.id/oreg-sps/

Rabu, 03 April 2013

Ternyata....

Ternyata menyiapkan berkas-berkas pendaftaran untuk melanjutkan pendidikan agak sedikit membingungkan yah? hehe
Tentu saja, berkas yang utama dan pertama adalah fotokopian ijazah dan transkip nilai. Berkas yang lainnya seperti surat pengajuan untuk menjadi mahasiswa di universitas yang kita tuju, kemudian surat rekomendasi dari dua orang dosen di universitas asal, surat izin dari atasan (bagi yang sudah atau sedang bekerja), surat kesanggupan membiayai biaya pendidikan sendiri, dan daftar riwayat hidup.
Surat rekomendasari dari dosen ternyata cukup ampuh menentukan apakah kita diterima atau tidak di perguruan tinggi yang kita tuju, apalagi bila perguruan tinggi yang kita tuju adalah perguruan tinggi negeri. Sahabat saya yang melamar ke sebuah perguruan tinggi swasta tidak terlalu ribet, dia hanya mendaftar online di website perguruan tinggi tersebut. Seminggu kemudian, pihak perguruan tinggi tersebut menelponnya dan mengatakan bahwa dia telah lulus dan diterima di perguruan tinggi tersebut. Sehingga dia hanya perlu menyerahkan berkas-berkas pendaftaran (seperti ijazah, dll) dan kemudian ia pun resmi menjadi mahasiswa di perguruan tinggi tersebut.
Berbeda dengan perguruan tinggi negeri, kita harus mendaftar online, kemudian mencetak bukti pendaftaran dan biaya seleksi, baru kemudian mengikuti seleksi dan menunggu hasil seleksi.
Tentu saja, mungkin perguruan tinggi negeri ingin mencetak alumni yang berkualitas dan profesional.
Semua perguruan tinggi tentu sangat ingin mencetak alumni yang berkualitas dan profesional, bukan?
OK, kembali ke masalah pendaftaran. Untuk surat rekomendasi, diharapkan didapatkan dari dosen yang masih aktif di lingkungan kampus asal. Untuk mendapatkan surat rekomendasi tersebut, sebaiknya kita harus membuat janji terlebih dahulu dengan dosen yang ingin kita mintai rekomendasinya. Caranya? Tentu saja dengan mengirimkan pesan singkat yang sopan dan tegas atau bisa juga menghubungi asdosnya.
Nah, itulah sekilas pengalaman saya dalam menyiapkan berkas-berkas pendaftaran. Doakan saya yaaaa....

Semangat, semangat!!!

Sekarang ini saya sedang bersemangat untuk mendaftar di beberapa perguruan tinggi guna melanjutkan pendidikan ke jenjang S2,xixixixi....
Berhubung sedang dibuka pendaftaran Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPP-DN) atau yang tahun kemarin dikenal dengan nama Beasiswa Unggulan untuk calon dosen, dosen, dan tenaga kependidikan.
Informasi mengenai beasiswa tersebut dapat diperoleh di sini.
Yaaah ngandelin beasiswa sekarang mah. Karena untuk minta orang tua malu,hehe... tapi untuk membiayai sendiri pun belum cukup mampu.
Minta doanya ya teman-teman.... ^_^
Terima kasih