expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 19 Januari 2017

Mencari Bingkai (Frame) Kacamata

Beberapa waktu lalu, tepatnya awal bulan ini, frame kacamata saya patah. Sebenarnya, frame kacamata saya memang sudah tidak terlalu nyaman untuk digunakan. Tapi karena belum terlalu rusak, saya keukeuh untuk tidak menggantinya. Hingga kemarin, secara tak sengaja saya menyenggol kacamata yang saya letakkan di pinggir tempat tidur sehingga kacamata tersebut akhirnya jatuh.
Awalnya saya ngga ngeh, saya ambil kacamata tersebut lalu saya letakkan di atas lemari. Ketika saya mau pakai kacamata, loh kok kacamatanya miring-miring. Setelah saya teliti, ternyata framenya (lasannya) terlepas :v
Ibu saya lalu menyuruh saya untuk segera beli frame baru. Karena memang, minus saya agak besar, sehingga kacamata penting sekali bagi saya. Besoknya saya segera ke optik terdekat, setelah mencari dan ngobrol dengan penjualnya, ternyata kacamata saya termasuk model lama (banget, udah 4 atau 5 tahun haha). Jadi tidak ada frame yang cocok untuk lensanya. Penjualnya memberikan alternatif untuk mengganti lensanya sekalian.
Sebenarnya, bukannya saya tidak mau mengganti lensanya, tapi saya harus periksa dulu ke RS Cicendo. Memang sih di optik atau di Dr. Mata juga bisa memeriksa mata. Tapi berdasarkan pengalaman di masa lalu, periksa di RS. Cicendo lebih cocok untuk saya. Dan itu pula alasan kenapa kacamata saya selalu awet hingga 5 tahun. (Kalo dipikir-pikir, sejak saya memakai kacamata kelas 2 SMP hingga sekarang saya baru 3x ganti frame dan lensa kacamata).
Akhirnya, saya memutuskan untuk menggunakan softlens hingga saya dapatkan frame kacamata. Saya cari ke beberapa optik dan mendapatkan jawaban yang sama. Walaupun ibu saya sebenarnya kurang suka bila saya menggunakan softlens, tapi karena ini keadaan darurat, akhirnya beliau mengizinkan saya menggunakan softlens. Dengan catatan saya harus segera periksa ke Cicendo hihihi...
Softlens yang saya beli itu bening, harusnya saya beli yang coklat atau hitam. Karena saya ceroboh, hampir saja softlensnya hilang satu ketika saya bersihkan haha. Karena tidak terlihat, tapi alhamdulillah ga jadi hilang, karena terlihat so softlens nyangkut di dinding bak kamar mandi. Pernah juga pas make softlens yang kanan terasa sangat tidak nyaman dan huram. Saya lepas lagi, ternyata terbalik haha. Jadi, bila teman-teman kesulitan membedakan apakah softlens bening terbalik atau tidak, saran saya cobalah dulu. Karena terasa sekali bila softlensnya terbalik:v
Saya Googling dulu, dimana kira-kira saya bisa mendapatkan frame kacamata di Bandung. Dan 90% hasil pencarian saya mengatakan bahwa Jl. ABC Bandung adalah tempat untuk mencari frame kacamata. Akhirnya, saya dan suami langsung meluncur ke TKP untuk mencari frame. Suami kan orangnya awam, jadi ketika dia tanya, beli dimana? Saya hanya menjawab, ntar aja sambil nyari :D
Kami menyusuri jalan ABC, yang jualan kacamata berjejer di pinggir jalan. Bukan toko, hanya penjual kaki lima biasa. Setelah beberapa kali berhenti untuk mencari dan bertanya frame yang cocok, akhirnya ada satu penjual yang bilang ada. Alhamdulillah... walau bentuknya berbeda dengan frame awal, tapi setidaknya saya tidak perlu ganti lensa hehe.
Framenya saja seharga kurang dari 150ribu. Kalo kita bisa keukeuh untuk menawar harga, siapa tau harganya bisa kurang dari harga awal heee...
Si penjual tersebut menawarkan harga frame dan lensa kurang dari 250ribu, tapi saya tolak dengan halus :D. Akhirnya, saya pun sekarang menggunakan frame baru untuk lensa lama. Sebelum si lensa terasa tidak enak, saya tidak berniat untuk menggantinya hehe...
Jadi, bila teman-teman ingin mencari frame kacamata murah meriah, silakan jalan-jalan ke jalan ABC Bandung. Letaknya persis di depan Pasar Baru Bandung.

Membuat Sushi ala-ala

Seorang sahabat memberi sushi yang dia buat sendiri ketika kami bertemu. Adik dan ibu saya sangat suka sushi buatannya. Iseng-iseng saya bertanya dimana dia membeli nori-nya. Dia memberitahu nama tokonya lengkap dengan harganya. Tapi sayangnya, menurut saya, kalo saya membeli dari toko tersebut pasti akan terlalu banyak, bayangkan satu pak isinya 90 lembar. Kalo untuk dijual, pasti langsung cepat habis. Tapi kalo untuk masakan rumahan seperti saya, pasti lama habisnya itu nori.
Akhirnya, saya bujuk dia agar memperbolehkan saya membeli nori yang dia beli. Alhamdulilah dia mengizinkan, dia memang baik :D, dan saya membeli lima lembar nori darinya. Dia memberitahu saya bahwa nori tidak boleh disimpan di dalam kulkas karena bisa kering dan rapuh saat akan digunakan. Akhirnya saya simpan nori di meja deh.
Pertama kali membuat sushi untuk bekal suami, saya agak deg-degan takut saat menggulung norinya. Tapi alhamdulilah, norinya tergulung dengan agak sempurna. Sushi buatan saya, nasi di dalamnya ditambahan telur yang dipotong memanjang dan sosis yang dibagi dua. Satu gulung nori itu lalu saya potong-potong dan saya masukkan ke wadah bekal suami. Karena takut kurang kenyang, saya putuskan membuat dua gulung nori. Tak lupa saya masukkan saos sachet. Suami saya bilang, enak dan minta dibuatkan lagi untuk bekal berikutnya. Saya pun senang jadinya, hihihi...
Sedikit tips dari saya, untuk menempelkan nori bagian ujung, basahi norinya jadi dia akan melekat dengan sempurna. Jangan lupa saat memotong pakai pisau yang tajam.
Selamat mencoba :D

Resep Bolu Kukus White Koffie

Beberapa waktu lalu saya sedang ingin membuat bolu. Ingin makan bolu tapi malas keluar, itulah saya, haha...
Akhirnya googling deh, nyari resep bolu yang simple bin mudah karena saya tidak punya oven, mixer, dan peralatan membuat kue lainnya. Akhirnya ketemu deh satu resep yang sudah saya modifikasi sedikit. Ini resep versi saya ya.
Bahan-bahan:
4 sdm tepung terigu
3 sdm gula
1 bungkus kecil vanili
1 buah telur
1 sachet white koffie
2 sdm minyak goreng / margarin juga bisa
1/4 sdt baking powder

Cara Membuat:
1.Panaskan dandang
2. Kocok telur dengan gula, saya menggunakan garpu, hingga gula larut dan telurnya berbusa.
3. Masukkan vanili dan baking powder, aduk rata.
4. Masukkan tepung terigu, aduk rata.
5. Masukkan white koffie, aduk rata.
6. Tambahkan minyak goreng, aduk rata. Tuang adonan ke loyang (Saya pakai loyang puding kecil yang plastik)
7. Setelah dandangnya panas, masukkan loyang dan tunggu selama kurang lebih 25 menit.

Jangan lupa loyangnya dioles minyak atau margarin dulu, juga tutup dandangnya dialasi serbet. Lakukan tes tusuk untuk memastikan apakan adonan sudah matang atau belum. Setelah tidak ada adonan yang menempel di garpu atau tusukkan, langsung matikan kompor dan dinginkan.
Nah, jadi deh bolu white koffienya.

Kebetulan, ketika bolunya matang, teman-teman suami datang ke rumah. Jadi bisa saya sajikan deh, menurut mereka rasanya enak haha...
Selamat mencoba ^_^

Kuliner di Cianjur

Ketika saya sedang berada di Bandung, saya selalu rindu dengan Cianjur (drama banget :D)
Jadi begitu saya meluncur ke Cianjur, saya selalu sempatkan untuk membeli makanan-makanan kesukaan saya. Menurut saya rasanya begitu enak, dan belum ada yang seperti itu di tempat saya sekarang.
1. Seblak Ceker Bojong
Seblak yang satu ini, enak banget menurut saya. Dengan harga 10ribu rupiah, dijamin kenyang. Sebenarnya si penjualnya tidak hanya menyediakan seblak ceker, tapi ada juga seblak biasa, seblak sayap, seblak kikil, dan lain sebagainya. Tapi karena saya pecinta ceker, jadi saya lebih suka seblak ini hihihi... Porsinya juga mantap, kalo lagi lapar saya bisa menghabiskan sendirian seporsi seblak ini. Tapi kalo tidak lapar, biasanya saya memakannya berdua dengan adik atau ibu saya hehe...

2. Mie Yamin 
Sekarang sudah banyak yang menjual mie yamin di Cianjur, tapi tetap favorit saya adalah mie yamin mang Ade yang berada di jalan Taifur Yusuf (kalo saya tidak salah ingat, maafkan saya yang tidak memperhatikan nama jalannya karena saya lebih sering menghafal jurusan angkotnya haha).

3. Bakso Mojok
Ada beberapa kios Bakso Mojok di Cianjur, tapi saya lebih sering ke kios yang dekat rumah. Jangan ditanya kenapa saya suka, baksonya yang gede dan didalamnya ada potongan ati sapi atau kikil kemudian mie dan juga potongan kikil yang yummy. Tapi si kuahnya tidak bergajih, jadi bapak saya (yang sudah tidak boleh makan makanan bergajih) juga suka hihihi...
4. Sop Buah depan Hypermart Cianjur
Ini nih yang seger-seger kesukaan si bungsu. Dia kalo mau sop buah pasti belinya harus disini. Kalo beli di tempat lain dia pasti tidak mau. Isinya campuran buah-buahan dengan susu dan sirop, segar dimakan di siang yang panas :D

Sebenarnya banyak tempat makan lain di Cianjur, tapi ini kan tempat makan kesukaan saya hihihi...
Saya kurang upto-date dengan tempat makan lain karena saya tidak punya banyak waktu (dan uang, haha) ketika berkunjung ke Cianjur, jadi ya saya hanya mengunjungi tempat makan kesukaan saya aja hihihi...

Ke Pondok Pesantren Modern Gontor Darussalam

Pertengahan tahun lalu, adik ketiga saya telah lulus dari SMP dan dia ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Alhamdulilahnya dia ingin melanjutkan sekolah ke pesantren atas inisiatif dia sendiri dan dukungan orang tua kami. Awalnya, saya mencarikan dia informasi pesantren yang berada di dekat rumah, atau sekitaran Cianjur (Sukabumi, Bogor, dan Bandung). Tapi dia tidak mau.
Kebetulannya, ada tetangga yang memiliki sepasang anak kembar yang melanjutkan sekolah ke ponpes Gontor Putra dan sekarang si tetangga itu ingin memasukkan anak ketiganya ke Gontor Putri. Jadi, orang tua kami mendapatkan informasi dari tetangga tersebut.
Singkat cerita, setelah selesai mengikuti UN, adik saya langsung ikut pelatihan yang diadakan oleh alumni Gontor yang berasal dari Cianjur selama kurang lebih 20 hari. Selama pelatihan, dia diharuskan untuk mondok di pesantren yang telah ditentukan. Mungkin agar adik saya sebagai calon santri bisa terlebih dahulu mengetahui bagaimana rasanya hidup di pondok. Setelah dia selesai mengikuti pelatihan, tibalah saatnya untuk mengikuti ujian masuk yang sesungguhnya. Karena adik saya perempuan, jadi dia akan masuk ke Gontor Putri yang pusatnya berada di Mantingan, Ngawi, Jawa Timur.
Dia berangkat kesana bersama dengan rombongan calon santri dari Cianjur lainnya. Jadi, para alumni Gontor itu menyewa bis untuk memberangkatkan calon santri dari Cianjur. Waktu itu dia langsung masuk ke pondok sebagai calon santri dan ujian dilaksanakan di dalam pondok antara waktu yang telah ditentukan. Seingat saya, dia disana (ketika ujian masuk) selama enam atau tujuh hari. Para alumni-lah yang membimbing dan mengawasi dia disana, termasuk memberitahu orang tua kapan pengumuman akan dilaksanakan.
Adik saya yang kedua dan si bungsu yang datang ke sana ketika pengumuman tiba, alhamdulilah adik ketiga saya diterima di Gontor Putri 1, yang artinya dia berada di Mantingan, Ngawi. Adik kedua saya pun langsung membayar biaya administrasi dan lain sebagainya termasuk membawakan sebagian barang-barang adik saya yang akan mondok itu. Informasi tentang pendaftaran dan biaya serta segala macamnya bisa langsung dilihat di websitenya, www.gontor.ac.id.
Setelah pengumuman masuk itu, adik saya sudah resmi menjadi santri Gontor Putri 1. Disana, para santri tidak boleh membawa ponsel, kamera, tv, radio, komputer atau laptop. Ayah dan ibu saya hanya bisa menunggu dia menelpon tanpa bisa menghubungi dia. Tapi kami percaya, insha Allah dia bisa menjaga dirinya sendiri, selain itu Allah juga pasti selalu melindungi dia.
Awal-awal dia masuk, dia selalu menangis setiap kali menelpon ibu dan berkata ingin pulang. Saya rasa dia terkena sick home hehe...
Dua bulan setelah dia di pondok, ayah saya meminta saya untuk mengunjungi dia dan saya menyanggupinya. Saya ingat, setiap kali akan ke rumah mbah saya di Madiun pasti melihat gerbang Gontor Putri 1. Saya pun googling untuk mencari informasi lebih lanjut. Waktu itu saya berangkat hari Rabu sore, sekitar jam 2 dari rumah, naik bis Pahala Kencana (poolnya terletak di jalan R.E Martadinata Bandung). Tapi saya terlambat, alhamdulilahnya pihak pool menelpon saya untuk menanyakan keberadaan saya. Waktu itu, saya sudah daerah Samsat Bandung, Kiaracondong. Akhirnya si pihak pool menyarankan saya menunggu bis di terminal Cicaheum. Saya dan suami pun langsung ke terminal Cicaheum, kami datang sebelum bis datang. Oiya, saya berangkat sendirian waktu itu :D.
Saya tiba di Gontor Putri 1 sekitar jam 3 lebih (dini hari), saya kurang ingat menitnya, hanya saja beberapa menit sebelum adzan subuh berkumandang. Saya bertanya ke satpam, dia menunjukkan sebuah ruangan. Tadinya saya ragu ke ruangan itu, jadi saya putuskan istirahat dulu di aula mesjid. Ada seorang ibu yang duduk disana dan kami ngobrol sedikit. Akhirnya saya paham, tempat itu untuk wali santri yang datangnya berpasangan. Bila wali santri yang datang perempuan, dia bisa menginap di ruangan tertutup sebelah aula tersebut. Bila wali santri yang datang lelaki, dia bisa menginap di ruangan tertutup yang terletak di dalam aula tersebut.
Saya pun langsung masuk ke ruangan yang dimaksud si ibu, di dalamnya ada ibu-ibu yang sedang tidur, saya pun bisa beristirahat sejenak. Di ruangan tersebut ada kamar mandinya jadi kita bisa mandi. Sayang, waktu itu saya tidak membawa baju ganti, hihihi... Selain itu, bila wali santri tidak terlalu penuh, kita bisa menginap di aula tersebut gratis, tapi kalo mau meminjam matras harus bayar sekitar 5ribu permalam. Waktu itu saya ngobrol dengan ibu-ibu, saya bilang saya tidak akan menginap. Seorang ibu yang akan pulang setelah anaknya masuk ke kelas menyuruh saya tidur di matrasnya, dia bilang matras itu sudah dia bayar. Alhamdulilah, saya pun bisa sedikit membaringkan badan disana.
Pendaftaran untuk kunjungan baru dibuka sekitar jam setengah enam pagi. Nanti ada santri-santri kelas atas yang menunggu di loket pendaftaran. Disana kita akan ditanyai nama santri, asrama (ruangan), dan kelas yang akan dikunjungi, tak lupa kita juga mengisi buku daftar tamu dan disitu ditanya hubungan kita dengan si santri.
Akhirnya saya bisa bertemu dengan adik saya tercinta sekitar jam enam kurang (sebelumnya saya nyari makan dulu untuk dia). Ketika bertemu saya, dia langsung menangis, duuuh saya jadi terharu. Kami pun makan bersama dulu karena dia melewatkan jadwal sarapannya untuk bertemu saya. Kami ngobrol hanya sekitar 30 menit, karena dia harus masuk kelas.
Ketika dia istirahat pertama, sekitar jam 10, dia menyempatkan diri menemui saya. Saya menyuruhnya membawa barang-barang yang saya bawakan untuknya. Ternyata, disana tidak boleh membawa barang dalam kardus, harus dalam tas kresek. Untunglah ada semacam kantin di depan aula mesjid, dan saya pun membeli tas kresek disana. Tapi santri yang menjaganya menggratiskan kresek itu untuk saya, alhamdulilah....
Saya pun segera menata barang bawaan saya di tas kresek tersebut.
Saya berada tidak lama disana, dan adik saya juga tidak lama-lama menemui saya karena hari itu jadwalnya padat.Ketika saya pamit pulang, dia menangis lagi dan berpesan agar mengunjunginya pada hari Jumat. Karena Jumat hari libur. Saya pun pulang ke Bandung.