expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 14 Juni 2012

Dago Pakar

       Well,karena sekarang sedang musim liburan, saya jadi pengen mengenang masa-masa dimana saya dulu bertualang bersama teman saya (jadi berasa udah tua bangeeeetz). Karena saya kuliah di Bandung, dulu saya berhasrat untuk menjelajah tempat-tempat yang mengasyikan disana. Contohnya saja Kawah Putih di Ciwidey, kebun teh di Pangelangan, Curug Cimahi (tentu saja) di Cimahi, dan lain sebagainya.
       Salah satu tempat yang pernah saya kunjungi adalah Taman Ir. Hj Djuanda atau yang lebih dikenal dengan nama Dago Pakar. Letaknya di daerah Dago (ya iyalah), kalo dari tempat saya kos dulu (di Samsat atau jl Sukarno-Hatta) naik angkot yang warnanya putih jurusan Dago. Lalu turun di terminal Dago dan naik ojeg hingga ke depan pintu gerbang Dago Pakar. Well, buat temen-temen yang suka naik angkutan umum seperti saya,hehehe,saya sarankan untuk minta nomor hape si tukang ojeg agar ketika pulang si tukang ojeg telah menunggu di tempat semula. Kenapa?? Karena nggak ada angkot yang lewat situ. Kecuali temen-temen "rela" berjalan kaki sejauh kurang lebih 3km (seperti yang saya lakukan waktu pertama kali datang kesana). Tapi buat temen-temen yang bawa kendaraan sendiri sih, nggak jadi masalah,hehe...
       Ok, setelah tiba ditempat, yang pertama kali kita lakukan adalah membayar tiket masuk. Hahahaha... emang siapa bilang gratis? Yang pasti, harganya lumayanlah. Disana juga ada tumbuhan sejenis dengan bunga bangkai, masih saudaraan sih tapi bukan bunga bangkai, entah apa namanya,lupa lagi saya :D.
       Well, saya sebenernya nggak suka gelap dan tempat sempit, tapi gua Jepang dan gua Belanda terlalu sayang untuk dilewatkan :D
       Dan ketika memasukinya,wow... harus banyak dzikir deh, karena memang beneran gelap (wkwkwkwk). Temen sebelah saya begitu erat memegang lengan saya, ditambah itu si pemandunya ceritanya yang horor-horor, aduuuuuh makin gimana gitu,hehehe...
       Setelah memasuki gua-gua, saatnya saya berpetualang untuk menembus hutan dago pakar menuju ke curug Omas. Well, niatnya sih pengen main air,hehehe
       Saya, hanya berdua dengan teman saya, kami berjalan kaki kurang lebih sekitar 2 jam menuju curug Omas. Jalannya naik turun dan berkelok-kelok, tapi karena banyak pohon, jadi tidak terasa panas. Tapi,aaaah kami nggak bisa main air, karena itu merupakan sbuah air terjun yang lumayan deras. Tapi tunggu dulu, ada sebuah jembatan gantung yang melintasi sungai itu, lumayan lagi untuk menguji adrenalin,hehehe (maklum, kami cewe manja,gkgkgk...)
Dan ini ada beberapa fotonya




















Nah,bagus bukan??? hehehe... Inilah secuil kisah perjalanan saya :D
Semoga memberi inspirasi untuk teman-teman

Berkunjung ke Dokter

Haaa setiap orang pasti pernah yang namanya berkunjung ke dokter. Kalo aa Gym bilang sih, berbagi rejeki dengan dokter,hehe...
Seminggu yang lalu ayah saya sakit pinggang hingga tidak bisa bangun dari tempat tidur. Satu persatu teman-teman dan koleganya datang menjenguk, dan salah seorang dari mereka menyarankan untuk pergi ke dokter Bana. Menurut rekan ayah tersebut, istrinya kalau sakit sering dibawa kesana. Alhamdulilah, hasilnya menggembirakan. Sayangnya, dokter Bana ini membuka praktek di Bandung, tepatnya di jalan Moh. Toha (depan honda amarta).
Well, tulisan ini ngga bermaksud untuk mempromosikan yah, hanya sekedar arena curhat ajah.

Setelah googling tentang dokter tersebut, akhirnya diketahui (kaya detektif aja yah? Xixixi) bahwa dokter tersebut merupakan dokter umum tapi bisa akupuntur. Haduh bingung saya ngejelasinnya juga, takut salah.Tapi yang pasti, ayah saya, kemarin pergi ke dokter tersebut dan di akupuntur.
Ngomong-ngomong, tau kan akupuntur itu apa? Itu lo pengobatan dengan ditusuk-tusuk jarum gitu.
Dokter Bana itu menerima pendaftaran dari jam 2, dan baru buka praktek jam 4. Akhirnya mau tak mau, kami mengirim seorang "utusan" untuk mendaftar terlebih dahulu. Yaaa kami kan tinggal di Cianjur, tau sendirilah Bandung-Cianjur itu memakan waktu kurang lebih 2 jam, karena kami jalan santai. Alhamdulilah, ayah dapat antrian nomor 5, itu tu sekitar jam 5 kurang lah.
Dan alhamdulilah, walau harus kembali lagi kesana minggu depan, tapi ayah sudah menunjukan perkembangan yang menggembirakan. Minta doanya saja ya agar ayah saya bisa kembali sehat :D
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat, terima kasih :D

Perawatan Soft Lens

Membahas kembali tentang softlens atau lensa kontak, temen temen blogger pasti sudah banyak yang membahas tentang cara memakai dan melepaskan softlens. Sebenernya susah-susah gampang sih, tapi yang terpenting adalah kebersihan tangan kita sendiri. Alasannya? Tentu saja untuk menjaga kebersihan lensa kontak kita, agar tak ada (baca: meminimalkan) kuman.
Kenapa hal itu penting? Karena lensa kontak bersentuhan langsung dengan salah satu indera terpenting kita, yaitu mata. Bayangkan kalo kita memakai lensa kontak saat tangan kita sedang kotor? Whuaaaa sudah pasti, mata kita yang jadi korbannya..... (hiiiy... takuuuuuut)
Pada awalnya saya memang tidak terlalu banyak tahu tentang lensa kontak, ditambah ibu saya melarang untuk mempergunakan lensa kontak (lagi). Yah, wajar sih, ibu terlalu sering mendengar siaran radio yang isinya tentang kecelakaan saat menggunakan lensa kontak. Sebenernya itu sih tergantung pada si pemakainya sendiri. Sekali lagi, bila kita apik dalam menggunakan lensa kontak, rajin menghubungi dokter mata (minimal 6 bulan sekali), menjaga kebersihan lensa kontak dan tempat penyimpanannya, serta mengganti softlens apabila sudah masuk waktu kadaluarsa, insya Allah tidak terjadi apa-apa selain kita tambah cantik (haaaaa pede!!!)
Salah satu cara untuk menjaga kebersihan softlens ialah dengan membersihkan softlens setelah dipergunakan dan mencuci tempat penyimpanan nya lalu merendam softlens itu dalam larutan pembersih. Tapi ternyata, masalah bisa terjadi tidak hanya dari ketidakcocokan jenis softlens ataupun kadar air softlens dengan mata, melainkan bisa juga dari cairan pembersih softlens itu sendiri (nah lo?!).
Itulah yang saya hadapi beberapa waktu lalu. Cairan softlens saya sudah habis, lalu saya memesan pada seorang teman, dan nggak merhatiin merknya. Alhasil, ketika menggunakan softlens, mata saya selalu meneteskan air,seolah-olah sedang menangis. (Padahal waktu itu saya sedang jalan-jalan sendiri, jadinya semua orang melihat dengan heran,malunya.... huhuhu)
Karena waktu itu saya nggak tau, akhirnya saya nggak pake pake lagi tuh softlens (karena saya anggap softlens saya yang nggak cocok).
Jadi, buat temen temen yang mau mencoba softlens, jangan lupa untuk mencoba cairan pembersih softlensnya juga ya :D